TEMPO.CO, Jakarta - Sulastri tak pernah membayangkan bakal tinggal di rumah susun. Sebelum digusur, Lastri--sapaan akrabnya--ditawari tinggal di rumah susun Rawa Bebek, Cakung, Jakarta Timur.
"Tapi saya nggak ngambil (pindah ke Rawa Bebek), jauh sana sini," kata Lastri di dalam Transjakarta jurusan Rumah Susun Sewa Sederhana Marunda, Jumat, 15 April 2016. Warga sekitar Pasar Ikan Luar Batang ini adalah korban penggusuran pada Senin 11 April lalu.
Ia memilih tinggal di rumahnya hingga hari pembongkaran, di RT 01 RW 04 Kelurahan Penjaringan. Menurut Lastri, sehari sebelum pembongkaran, petugas kecamatan kembali membujuk warga yang mau pindah ke rusun. Pilihannya adalah Rusun Marunda atau Rawa Bebek.
Lastri yakin rumahnya tak kena gusur. "Dulu ada yang bilang rumah saya nggak digusur, tahu-tahu ada SP (surat pemberitahuan) 2," kata perempuan berusia sekitar 60 tahun ini. Rumahnya berada di belakang Pasar Ikan, dikenal sebagai Kampung Akuarium.
Sehari-hari, Lastri berjualan makanan di rumahnya itu, seperti nasi uduk dan lontong. "Saya tinggal di Pasar Ikan sudah 23 tahun," ujar Lastri. Ia berasal dari Surabaya, ke Jakarta sejak 1972.
Pada hari penggusuran, Lastri tidak sempat menggotong barang-barangnya. Kasur, lemari, dan perabotan lainnya ikut tertimbun puing bangunan. "Lalu saya ngomong ke Pak Camat tentang rusun," ujarnya.
Kejadian itu berlangsung cepat, menurut Lastri. Ia pingsan dan baru sadar ketika berada di Rumah Sakit Atmajaya. Petugas kecamatan menyediakan satu unit rumah di Rusun Marunda, Cilincing, Jakarta Utara.
"Saya nggak bawa apa-apa ke sini," kata Lastri saat tiba di rumah susunnya, di Blok B3 lantai 2. Di dalam rusun itu terdapat lemari pendingin, dispenser, lemari, dan kasur busa. "Barang-barang ini sudah ada sebelum saya pindah."
Lastri tinggal di sana bersama suami, anak, dan menantunya. Rumah itu terdiri dari dua kamar kira-kira berukuran 2 x 3 meter. Lalu ada ruang tengah, kamar mandi, dapur, dan tempat mencuci.
Catnya berwarna abu-abu, kamar lain berwarna ungu. Lantai beton dilapisi dengan terpal plastik. Suami Lastri, Klana Jaya, memperbaiki sendiri saluran air yang bocor.
Menurut Lastri, para tetangganya di rusun baik. "Saya baru datang aja, mereka nyamperin. Bilang, yang betah ya Nek," kata Lastri. Ibu-ibu tetangganya juga mengajak Lastri ikut pengajian.
Lastri bersyukur mendapat tempat tinggal. Meski merasa tak senyaman di rumahnya dulu. Ia belum rela meninggalkan Pasar Ikan. "Istilahnya saya mulai dari nol di Pasar Ikan," ucapnya.
Sejak Senin, ia tidur di rusun. Lastri mengaku belum bisa tidur nyenyak. Ia terbiasa bangun dinihari untuk berbelanja di pasar dan memasak untuk berjualan. "Di Pasar Ikan jam dua subuh sudah ada tukang sayur. Di sana juga pelelangan ikan," ujarnya. "Semalam beberapa kali bangun. Ingatnya mau keluar aja. Karena Pasar Ikan rame."
Lastri berencana tetap berjualan meski pindah ke rusun. "Saya mau berjualan di rusun, entah jualan sayur di pasar pagi, atau jualan makanan," katanya.
REZKI ALVIONITASARI