TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait berkunjung ke lokasi penggusuran sekitar Pasar Ikan Luar Batang, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, Selasa sore, 19 April 2016. Ia datang bersama komisioner dan pengurus Komnas Anak lain.
Arist memarkir mobilnya di Museum Bahari, Jalan Pasar Ikan. Ia lalu berjalan kaki memasuki area yang dibongkar. Saat tiba di dekat jembatan dan dermaga nelayan, dia disambut puluhan anak-anak korban penggusuran.
"Saya selaku Ketua Komnas Perlindungan Anak prihatin melihat kondisi anak-anakku. Dan ingin berbuat sesuatu," kata Arist di antara gerombolan anak-anak dan remaja.
Menurut Arist, apa pun kebijakan pembangunan yang direncanakan pemerintah tetap harus mempertimbangkan hak anak. Terutama tiga hal, yakni hak sekolah, tempat tinggal, dan kesehatan, yang tidak boleh telantar. "Anak-anak tidak boleh tidak punya tempat. Harus punya tempat yang layak," ucapnya.
Arist meminta beberapa anak menyampaikan keluhannya. Rahmatia, 12 tahun, memberanikan diri berbicara. Murid kelas VI Sekolah Dasar Negeri Pinangsia ini mengeluh karena sulit berkonsentrasi belajar. Ia pun berharap bisa kembali tinggal di tanah itu. "Semoga rumah kami kembali, supaya bisa main bareng," ujarnya.
Mendadak anak-anak lain ikut terharu. Begitu pula ibu mereka. Arist menyikapi aspirasi anak-anak tersebut dengan bijak. "Saya tidak berjanji apa-apa," katanya. "Keluhan ini akan kami bawa untuk mencari solusi, jalan keluar yang terbaik. Saya ingin berbuat demi anak-anakku."
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menggusur permukiman di sekitar Pasar Ikan Luar Batang, Senin, 11 April 2016. Bukan cuma warga dan nelayan yang tergusur, para pedagang Pasar Ikan juga kehilangan mata pencariannya.
REZKI ALVIONITASARI