TEMPO.CO, Jakarta - Belasan warga yang tinggal di perahu dan posko Kampung Luar Batang bergotong-royong membangun tenda, Selasa malam, 19 April 2016. Mereka mendirikan posko baru di atas puing bangunan yang digusur. Lokasinya di sudut lahan dekat dermaga.
"Tenda ini tempat berteduh kalau hujan buat warga yang tinggal di perahu," ucap Rafik, warga sekaligus relawan dari Kampung Akuarium yang rumahnya ikut digusur.
Ia mengatakan ada tiga posko di sekitar lokasi penggusuran, yakni di dekat Pasar Ikan, aula Masjid Jami Keramat Luar Batang, dan perahu. Menurut dia, aula masjid tersebut tidak bisa menampung penduduk lagi.
Ada dua tenda yang berdiri di atas puing bangunan itu. Satu tenda berukuran kecil terpasang lebih dulu. Tenda yang satu lagi berukuran sekitar 4 x 6 meter. Warga yang membuatnya rata-rata adalah nelayan. Mereka mengumpulkan kayu di sekitar lokasi pembongkaran. Alat itu mereka jadikan tiang. Lalu bongkahan dinding beton dipakai untuk menyangga tiang agar kokoh.
Setelah tenda terpasang, warga juga melekatkan sebuah spanduk bertuliskan "Posko Kemanusiaan". Tenda ini menggunakan dana pribadi warga yang juga relawan korban penggusuran, Upi Yunita. "Menurut Ibu Ratna Sarumpaet, TNI dan Polri akan menyumbang (tenda). Kapan datangnya, kami belum tahu. Tapi kami sedang menunggu," ujar Upi.
Ia menuturkan keberadaan tenda ini juga sekaligus menjadi posko pembagian sumbangan. "Jadi lebih mudah ketika membagi sumbangan," kata Upi.
"Di berita, kan, Ahok (Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama) bilang warga yang tinggal di perahu akan bangun tenda untuk tempat tinggal. Sekarang kami buktikan," ucapnya bergurau.
Menurut Upi, warga yang saat ini tinggal di Aula Masjid Keramat Luar Batang sekitar 200 jiwa. Sedangkan warga yang hidup di perahu sekitar 36 kepala keluarga. "Total ada 385 orang di tiga posko," ujarnya.
Warga yang masih bertahan ini, tutur dia, akan terus menunggu kepastian dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. "Bagaimana nasib kami? Ketika semua sudah musnah. Kami butuh tempat yang layak atau kompensasi dari bangunan yang sudah digusur," katanya. "Silakan bangun dengan mewahnya Kampung Akuarium, tapi ganti kompensasi."
Rafik menambahkan, ada warga yang menolak tinggal di rumah susun sederhana sewa lantaran sulit keluar rumah pada dinihari. "Mayoritas adalah nelayan dan pedagang, jadi pukul 04.00 sudah jalan," ucapnya. Namun mereka takut karena beredar kabar bahwa banyak begal di jalanan dari Rusun Marunda, Cilincing. "Sekarang mereka enggak berani. Mata pencahariannya mati."
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menggusur permukiman di sekitar Pasar Ikan Luar Batang pada Senin, 11 April 2016. Tak cuma warga dan nelayan yang tergusur, para pedagang Pasar Ikan juga kehilangan mata pencahariannya.
REZKI ALVIONITASARI