INFO METRO - PT. PAM Lyonnaise Jaya (PALYJA) berusaha meningkatkan kualitas pelayanan dan produksi. Tentu tujuannya agar pelanggan dapat menikmati air bersih yang berkualitas baik. Oleh karena itu PALYJA melakukan peningkatan kualitas kualitas air (Water Quality Improvement) di tempat pengolahan air (TPA) Cilandak, Jakarta Selatan. Investasi yang dikeluarkan PALYJA untuk proyek ini mencapai Rp5 miliar.
Peningkatan kualitas air tersebut dilakukan PALYJA demi menjaga kualitas air bersih yang diterima pelanggan. Pasalnya, sejumlah penelitian yang ada memperlihatkan, kualitas sumber air baku di Jakarta terhitung rendah, Setidaknya ini bisa disaksikan langsung ketika melihat sejumlah sungai di Jakarta. PALYJA pun memanfaatkan beberapa langkah berbasis teknologi dan ilmu pengetahuan sehingga didapatkan hasil air yang bersih dari tempat pengolahan air.
Baca Juga:
"Dalam proyek Water Quality Improvement di TPA Cilandak, kami mengimplementasikan teknologi MBBR (moving bed biofilm reactor). Adanya teknologo MBBR tersebut diharapkan PALYJA akan lebih siap menghadapi musin kemarau sehingga tetap mampu memberikan pelayanan lebih baik kepada masyarakat Jakarta," jelas Meyritha Maryanie, Corporate Communications & Social Responsibilities Head PALYJA.
Lantas, apa yang menjadi hambatan dalam proyek Water Quality Improvement di TPA Cilandak tersebut? Meyritha mengatakan, adanya banjir serta pedangakalan Sungai Krukut mengakibatkan tumpukan sampah dan lumpur dari sungai tersebut ke bak pra sedimentasi Cilandak semakin cepat dan banyak. Hal ini menjadi kendala utama pada salah satu pekerjaan kritikal proyek yaitu pengurasan bak pra sedimentasi.
Untuk itu, dalam perancangan desain proyek MBBR , pertama PALYJA sudah mengakomodir masalah lumpur dan sampah (tanggul dan screen ). Kedua, melakukan fabrikasi basket MMBR agar tahan terhadap potensi banjir . Selam ini bila terjadi kerusakan struktur basket menyebabkan hilangnya media MBBR karena terbawa banjir.
Baca Juga:
Dalam penerapan teknologi MBBR, lanjutnya, sistem kerjanya adalah menggantikan sistem pengolahan secara kimia menjadi pengolahan secara biologis dengan memanfaatkan mikroorganisme yang ada di air baku. Dalam proyek ini sudah disiapkan lingkungan yang kondusif untuk tumbuh dan berkembangbiaknya mikroorganisme sehingga bisa optimal mengurai polutan.
Langkah PALYJA meningkatkan kualitas air pantas diapresiasi. Terlebih bila melihat kajian UNICEF Indonesia yang menunjukan bahwa sanitasi dan perilaku kebersihan yang buruk serta mengkonsumsi air minum yang tidak aman (tidak sehat) memberikan kontribusi terhadap 88 persen kematian anak akibat diare di seluruh dunia. Sedangkan bagi anak-anak yang mampu bertahan hidup pun, karena kerap kali menderita diare akan menimbulkan masalah gizi.
Bila permasalahan air bersih tidak mendapat perhatian serius, bagi anak-anak yang kerap mengalami diare dapat menghalangi tercapainya potensi maksimal mereka. Tentu saja ini akan menjadi persoalan serius lantaran berdampak terhadap kualitas sumber daya manusia maupun produktivitas sebuah bangsa.