TEMPO.CO, Bekasi - Camat Muaragembong, Kabupaten Bekasi, Fachrurozi mengatakan banjir di wilayahnya sempat mencapai ketinggian 2,5 meter dan merendam sekitar 315 rumah di dua desa, yaitu Desa Pantai Bakti dan Pantai Bahagia. "Banjir akibat luapan Kali Citarum," katanya, Ahad, 24 April 2016.
Menurut dia, air meluap karena debit kiriman cukup banyak pada Jumat, 22 April 2016. Air meluap lantaran debitnya melebihi kapasitas tanggul yang ada. Hal ini diperparah tidak adanya tanggul permanen di Desa Pantai Bakti akibat jebol beberapa tahun lalu. "Tanggul jebol baru akan diperbaiki secara permanen pada tahun depan," ujarnya.
Menurut dia, tanggul sepanjang 100 meter itu jebol pada 2013. Oleh warga dan pemerintah daerah, dibuatkan tanggul darurat, yaitu krucuk bambu disertai karung berisi pasir. Sayangnya, karena berada di tikungan, tanggul tersebut tak kuat menahan derasnya arus. "Ambruk lagi, otomatis air cepat masuk ke permukiman warga," tuturnya.
Ia mengatakan banjir di Muaragembong sulit surut karena bersamaan dengan datangnya rob, sehingga air terus menggenang di permukiman karena tak bisa mengalir ke laut. Pihaknya membuka posko pengungsian di kantor kecamatan. Ia juga mengaku membuat dapur umum di titik banjir untuk warga korban banjir. "Sekarang sudah surut, warga sudah pulang ke rumah masing-masing," katanya.
Rais, 40 tahun, warga Desa Pantai Bahagia, mengaku tak bisa beraktivitas karena rumahnya terendam banjir setinggi 1 meter. Bapak dua anak ini pun terpaksa mengungsi ke tenda darurat bersama istrinya. "Enggak bisa bekerja karena sawah terendam banjir," kata buruh tani ini.
Adapun Camat Babelan, Kabupaten Bekasi, Surya mengatakan banjir akibat luapan Kali Bekasi pada Kamis-Jumat lalu merendam rumah di Desa Babelan Kota dan Kelurahan Kebalen. Jumlah rumah yang terkena dampak banjir tersebut sekitar 800 unit, dengan jumlah penduduk 3.000 jiwa.
Pihaknya, kata Surya, mendesak pemerintah pusat segera membuat tanggul permanen di sepanjang Kali Citarum karena ia menilai tanggul yang ada saat ini sudah keropos terkikis arus, sehingga rawan longsor. "Butuh penanganan dari hulu sampai ke hilir, tidak hanya tanggul, tapi juga normalisasi," ucapnya.
ADI WARSONO