TEMPO.CO, Jakarta - Populi Center memaparkan hasil survei ketiga kalinya terkait dengan pemilihan kepala daerah DKI Jakarta, Senin, 25 April 2016. Elektabilitas Ahok pada survei Februari sebesar 49,5 persen, sedangkan pada April 50,8 persen. Lembaga riset ini mengangkat tema "Pilgub Jakarta: Rasionalitas Pemilih di Antara Skandal dan Kinerja".
Peneliti dari Populi Center, Nona Evita, mengatakan elektabilitas Basuki Tjahaja Purnama naik dibanding survei sebelumnya. "Temuan menarik dari survei ini adalah, meski diterpa kontroversi dan skandal, elektabilitas Gubernur Ahok naik sedikit dibanding Februari," katanya di kantor Populi Center, Jakarta Barat.
Menurut Nona, survei ini dilakukan pada 15-21 April 2016. "Setelah anggota Komisi D, Sanusi, terjaring OTT KPK dan Gubernur Ahok menjadi saksi dugaan kasus pembelian lahan Rumah Sakit Sumber Waras," ujarnya.
Ia menjelaskan, Populi Center membuat survei ini untuk mengetahui tanggapan publik atau pemilih DKI. "Apakah petahana Basuki Tjahaja Purnama masih kuat saat diterpa kontroversi?" ujarnya.
Pengamat psikologi politik dari Universitas Indonesia, Hamdi Muluk, mengatakan hasil survei ini mematahkan tesis pendapat orang. "Bahwa kalau Ahok diserang terus, elektabilitasnya turun. Ternyata (hasil survei) malah makin naik. Ini menarik," tuturnya. "Pesannya adalah yang mau menyerang Ahok bisa jadi berhenti. Karena mau menggempur Ahok, makin diserang makin naik elektabilitasnya."
Survei ini melibatkan 400 responden dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Risetnya menggunakan metode acak bertingkat. Lokasi survei di enam wilayah DKI Jakarta, yaitu Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Barat, dan Kepulauan Seribu. Dananya berasal dari Yayasan Populi Indonesia. Survei sebelumnya dirilis pada Desember 2015 dan Februari 2016.
Survei Populi Center berbeda dengan survei yang digelar Lembaga Survei Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia atau Kedai Kopi. Dalam survei itu, elektabilitas Ahok justru melorot pasca-pemanggilan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi dalam kasus Sumber Waras.
Baca: Survei: Elektabilitas Ahok Merosot Setelah Diperiksa KPK
"Setelah Ahok dipanggil KPK, ada fluktuasi dalam elektabilitasnya," kata juru bicara Kedai Kopi, Hendri Satrio, kepada Tempo, Minggu, 24 April 2016.
Hendri menjelaskan, elektabilitas Ahok pada Januari lalu mencapai 43,25 persen. Pada Februari, elektabilitasnya naik menjadi pada 43,5 persen. Bahkan, pada Maret, elektabilitas Ahok meningkat tajam hingga 51,80 persen. "Pasca-pemanggilan oleh KPK, elektabilitasnya melorot menjadi 45,5 persen," ucapnya.
REZKI ALVIONITASARI | GANGSAR PARIKESIT