TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok tidak mempermasalahkan masuknya nama Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti dalam bursa pencalonan Gubernur DKI Jakarta 2017. Menurut dia, sebagai daerah khusus ibu kota, Jakarta seharusnya bisa menjadi etalase negara.
"Saya kira tidak jadi masalah. Saya perlu sampaikan, ini Jakarta, daerah khusus ibu kota, tentu harusnya menjadi etalase negara. Yang jadi gubernur harus jadi yang terbaik dari yang terbaik," kata Ahok—sapaan Basuki—di Lapangan IRTI Monas, Senin, 25 April 2016.
Baca juga:
Tamara Bleszynski Bertemu Penjambaknya, Inilah yang Terjadi
Pamer Pacar Baru, Derby Romero: Aku Pria Paling Beruntung
Ahok menuturkan setiap warga DKI Jakarta mempunyai gagasan berbeda-beda, termasuk dalam hal memilih pemimpin. Setiap orang, kata dia, bebas memilih pemimpin apakah ia seorang perempuan, rohaniwan, berkepribadian santun, atau lebih pintar.
"Itu masing-masing. Makanya dalam pilkada tidak pernah diatur (jumlah pemilih hingga) 100 persen, tapi 50 persen plus 1," kata Ahok. Bahkan, menurut dia, di beberapa daerah lain, ada yang menerapkan suara terbanyak yang menjadi pemenang. "Kenapa? Karena masing-masing kepala kan punya pikiran berbeda."
Nama Susi Pudjiastuti muncul dalam hasil survei yang dirilis Lembaga Survei Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (Kedai Kopi), yang dilakukan pada 18-21 April 2016. Hasil survei tersebut menyebutkan, meskipun popularitas Ahok masih paling tinggi sebagai calon Gubernur Jakarta 2017, ternyata dia tersaingi oleh Menteri Susi.
Tingkat akseptabilitas Susi sudah menempati urutan pertama (74,5 persen), melewati Ahok di urutan kedua (69,6 persen). Sedangkan elektabilitas Ahok masih menempati urutan teratas dengan 45,5 persen, jauh meninggalkan para pesaingnya.
LARISSA HUDA