TEMPO.CO, Jakarta - Yusril Ihza Mahendra mengatakan, ia mendapatkan panggung meski sebelumnya Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mengeluarkan pernyataan untuk meminta masyarakat agar tak memberikan "panggung" kepadanya.
"Semakin Pak Ahok ngomong macem-macem, makin ada panggung buat ana (saya)," kata Yusril dalam acara Majelis Tabligh Akbar, di Yayasan Al-Riyadh, Kelurahan Jati Padang, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin, 25 April 2016.
Secara tak langsung Ahok membuatkan panggung buat dirinya. Sebab, kata Yusril, setelah Ahok mencetuskan pernyataan terkait rencana gugatan Yusril terhadap Ahok soal penggusuran warga Luar Batang, Yusril mengaku masyarakat sendiri yang menyediakan panggung.
Lantas, Yusril pun kembali mengomentari penggusuran-penggusuran yang dilakukan Ahok, seperi di Luara Batang, Jakarta Utara. "Beliau gusurin orang, tidak jelas pindah ke mana, ganti ruginya berapa," kata bakal calon Gubernur DKI Jakarta ini.
Yusril menjelaskan, seharusnya Pemerintah DKI memberikan uang kerohiman kepada korban penggusuran. Ia mengandaikan sebagai pemilik tanah di satu kampung, ada tukang rokok pakai gerobak dan ibu-ibu penjual soto yang menumpang di atas lahannya.
Kemudian, suatu hari ia mau menggunakan lahannya dan meminta pedagang itu untuk bersiap-siap selama enam bulan. "Saya wajib berikan uang kerohiman, meski sekedar ongkos. Padahal itu tanah saya. Tidak boleh orang diusir begitu saja," ujar yusril.
Apalagi, kata Yusril, tanah itu sudah ditempati sejak ratusan tahun yang lalu. Menurut Yusril, orang betawi menempati lahan dari nenek moyangnya, dan orang kampung juga tidak mengurusi surat-surat. Tapi, Yusril berujar, hak-hak orang kampung harus dilindungi.
"Belanda saja tidak berani gusur, Pemprov DKI masak mau main gusur?" ujar Yusril, menegaskan. "Masa lebih kejam dari Belanda. Ini pemerintah sendiri, sudah merdeka."
FRISKI RIANA