TEMPO.CO, Jakarta - Rencana Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menjadikan wilayah Masjid Jami Keramat Luar Batang, Jakarta Utara, sebagai kawasan wisata religi tak begitu saja membuat warga setempat menyetujui.
Sekretaris masjid tersebut, Mansur Amin, mengatakan rencana itu hanya akan menguntungkan pengembang yang membangun apartemen di dekat Luar Batang. Apalagi masjid itu sudah berdiri sebelum Indonesia merdeka pada 1945. "Masjid ini bukan monumen, intinya bukan bangunan, lampu-lampu yang menerangi, tapi syiar dan manfaat sosial," ucapnya kepada Tempo di Luar Batang, Jakarta Utara, Kamis, 28 April 2016.
Itu diungkapkan Mansur untuk menanggapi pernyataan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama bahwa kawasan masjid akan dijadikan wisata religi. Plaza pun akan dibangun di depan masjid sebagai ruang terbuka hijau, tempat pedagang kaki lima, dan parkiran. Maka, pada Mei nanti, warga Luar Batang akan digusur. Ahok lalu meminta warga mewakafkan tanahnya kepada pemerintah yang akan membeli tanah tersebut.
Baca:
Isu Gusur Mesjid Luar Batang, Ahok: Yusril Jangan Fitnah
Lawan Ahok, Warga Luar Batang Kumpulkan Cap Jempol Darah
Menurut Mansur, masjid berbeda dengan tempat ibadah lain. Keberadaan masjid tidak bisa dipisahkan dengan masyarakat. Masjid dikunjungi masyarakat hampir seharian. Ia mengklaim yang datang ke masjid tersebut sekitar 10 ribu orang setiap bulan dari berbagai daerah. Mereka menunaikan salat atau berziarah di makam wali di kompleks masjid.
Warga Luar Batang berkukuh menolak mewakafkan tanahnya. Beberapa spanduk berisi penolakan terpasang di kompleks masjid. Mansur mengaku yakin, jika lahan itu dikuasai pemerintah daerah, warga Luar Batang akan diminta pindah.
DANANG FIRMANTO