TEMPO.CO, Jakarta - Dian Nestika, tenant relations Sudirman Mansion, mengatakan banyak penghuni apartemen itu yang mesti mengungsi ke hotel untuk beristirahat. "Karena mereka terganggu oleh suara musik yang keras dari Lucy," kata dia kepada Tempo di lobi Sudirman Mansion, Jalan Jenderal Sudirman, Selasa, 10 Mei 2016.
Lucy yang ia maksud adalah restoran dan bar Lucy in The Sky, berjarak sekitar 140 meter dari Sudirman Mansion. Kedua tempat ini berada di kawasan Sudirman Central Business District (SCBD). Lucy in The Sky berada di lantai atas gedung Fairgrounds, Jalan Jenderal Sudirman Kaveling 52-53.
Dian mengatakan pihak apartemen sudah berkali-kali menegur Lucy. Mereka juga mengirimkan surat keberatan atau somasi yang isinya meminta tempat hiburan itu mengecilkan volume musiknya setelah pukul 23.00 WIB. "Memang sempat mereka lakukan itu, tapi dua-tiga hari berikutnya ribut lagi," ujar Dian.
Warga pun makin geram hingga Perhimpunan Penghuni Rumah Susun (PPRS) Sudirman Mansion memasang spanduk besar di muka apartemen ini kemarin, Senin, 9 Mei 2016. "Anak dan bayi kami tidak bisa tidur karena Lucy in The Sky sangat berisik dan tidak peduli atas kenyamanan warga sekitar," begitu tulisan dalam spanduk yang dicetak dengan huruf kapital tersebut.
Selain itu, kata Dian, pengelola Sudirman Mansion sudah menyampaikan keluhan kepada instansi-instansi, termasuk mengirim e-mail dan SMS kepada Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama.
Dian mengatakan suara musik Lucy adalah jenis house music. "Suara musik dugem yang jedak-jeduk," ujarnya. "Orang-orang asing, sebelum berangkat ke kantor pagi, mereka ngedumel dulu di manajemen. Gue enggak bisa tidur, liat nih muka gue lecek. Semalam party."
Supardi, petugas keamanan Sudirman Mansion, mengatakan suara musik Lucy pada akhir pekan biasanya baru berhenti pukul 03.00. "Kaca di lobi bergetar karena suara bas," kata Supardi. Ia pun sering menerima keluhan warga apartemen saat tengah malam.
Pihak Lucy in The Sky belum mau memberikan keterangan soal protes itu.
REZKI ALVIONITASARI