TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok tak heran jika Partai Golkar akhirnya merapat memberikan dukungan kepadanya untuk maju dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017. Pasalnya, kata Ahok, selama ini dia memang menjalin hubungan baik dengan partai berlambang pohon beringin itu.
"Pokoknya teman-teman di Golkar yang pasti pengurus yang baru rata-rata teman dekat saya. Hampir semua saya kenal, karena saya kan orang Golkar dari dulu. Teman dekat kok," kata Ahok di Balai Kota, 24 Mei 2016. Ahok pernah menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Golkar sebelum akhirnya mundur karena menjadi calon wakil gubernur mendampingi Joko Widodo.
Meskipun telah didukung Golkar, Ahok tetap teguh pada pendiriannya untuk mengambil jalur independen. Dia tidak ingin mengecewakan tim relawannya, Teman Ahok, yang bekerja keras mengumpulkan dukungan lewat kartu tanda penduduk warga DKI Jakarta.
Golkar adalah partai ketiga yang menyatakan mendukung Ahok untuk maju dalam pilgub setelah didahului dua partai lainnya yang telah merapat dengan Teman Ahok, yaitu Partai NasDem dan Hanura. Jika kursi dari tiga partai itu dikumpulkan, totalnya telah mencukupi untuk mengusung satu calon, yakni 24 kursi. Rinciannya, Partai NasDem memiliki enam kursi, Hanura sepuluh kursi, dan Golkar sembilan kursi.
"Saya sudah bilang dari awal kalau sudah ngomong cukup (maju lewat) partai, saya ikut PDIP langsung. Enggak usah capek-capek," katanya.
Ahok mengaku sebetulnya ia telah mendapat tiket dari Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Namun, setelah ada Teman Ahok yang bersedia mengumpulkan KTP, ia memilih jalur non-partai.
"Tiba-tiba ada muncul Teman Ahok. Kamu mau enggak ngecewain anak muda yang sudah bekerja secara militan," kata Ahok.
LARISSA HUDA
Baca juga:
Heboh Kontribusi Reklamasi: Tiga Skenario Nasib Ahok
Komunikasi Publik Ahok: Sebuah Catatan