TEMPO.CO, Tangerang - Wiwik, ibu Dimas Romadon, pria yang dituding ikut terlibat dalam kasus pembunuhan Eno Farihah, buruh pabrik PT Polyta Global di Kosambi, Tangerang, 12 Mei 2016, angkat bicara soal tudingan terhadap anaknya itu. Wiwik terkejut mengetahui anaknya dituduh terlibat dalam kasus pembunuhan.
"Kami terkejut sekali mengetahui hal itu. Tapi Dimas meyakinkan kami jika dia memang tidak terlibat," kata Wiwik saat ditemui Tempo di rumahnya, Kosambi, Tangerang, Selasa, 14 Mei 2016. Wiwik tetap mempercayai Dimas. "Saya tahu Dimas, dia anaknya enggak pernah neko-neko, nongkrong pun cuma di tempatnya bekerja."
Menurut Wiwik, dari awal kasus pembunuhan Eno terungkap, anak kelimanya itu sudah disebut terlibat. Bahkan polisi pernah mendatangi rumah mereka untuk mencari Dimas. Saat itu sejumlah polisi berpakaian preman menjemput dan menginterogasi Dimas di depan rumahnya. "Saya lihat cuma sebentar, terus mereka pergi. Dimas tidak di bawa, kok," katanya.
Hal itu dibenarkan kakak Dimas, Agung. Ia mendampingi Dimas saat polisi datang ke rumahnya, Sabtu malam, 14 Mei 2016. Menurut Agung, penyidik polisi saat itu datang bersama seorang remaja lelaki. "Tapi yang datang bukan Alim, anak itu mengatakan kepada polisi bukan Dimas ini yang dimaksud," tutur Agung.
Mendengar pengakuan tersebut, polisi melepaskan Dimas dan pergi meninggalkan mes tempat keluarga Dimas tinggal. Setelah itu, kata Agung, keluarga langsung menanyakan tudingan itu kepada Dimas. “Dimas bersumpah ia tidak terlibat, tidak tahu apa-apa, dan tidak mengenal Eno atau para pelaku," katanya.
Nama Dimas mencuat setelah Rahmat Arifin, tersangka yang menjadi saksi mahkota dalam sidang RAI, 15 tahun, terdakwa pembunuhan Eno, membuat kesaksian yang mengejutkan. Arifin mengatakan RAI tidak terlibat dalam kasus itu, tapi justru Dimas yang memiliki tompel di wajah lah yang terlibat.
Dimas merupakan anak kelima dari enam bersaudara. Ibunya bernama Wiwik dan ayahnya Karyanto. Sejak 21 tahun lalu, keluarga ini tinggal di mes karyawan tempat Karyanto bekerja sebagai sopir. Mes itu berada di Kosambi, Kabupaten Tangerang.
Dimas, yang hanya mengenyam pendidikan sampai kelas II SMA, sudah satu tahun bekerja menjadi kenek angkutan di pergudangan yang berjarak 1 kilometer dari tempat tinggal mereka. Kepada Tempo, Dimas membantah tuduhan Arifin. Ia menyangkal mengenal tiga tersangka RAI, Rahmat Arifin, Imam Harpriadi, serta korban bernama Eno.
JONIANSYAH HARDJONO