TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menuding warga yang melakukan unjuk rasa terhadap dirinya berasal dari luar Kelurahan Penjaringan. Hal ini diungkapkan pada Kamis petang, 22 Juni 2016.
"Warga di sini menolak atau tidak? Anak-anak menikmati tidak tempat ini? Yang menolak juga dari mana?" kata Ahok setelah meresmikan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Penjaringan Indah, Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara.
Memang, saat peresmian, ratusan orang berdemonstrasi di Jalan Raya Bandengan, Penjaringan. Mereka mengatasnamakan organisasi Serikat Perjuangan Rakyat Indonesia.
Andi, 36 tahun, mengatakan demonstrasi dilakukan sebagai bentuk penolakan atas kedatangan Ahok yang selama ini dicap arogan dan selalu bertindak sewenang-wenang terhadap warga Jakarta. "Ahok tidak berpihak kepada rakyat kecil, dia menggusur warga di perkampungan sesuka hati," ujarnya.
Ahok menyayangkan para demonstran mengatasnamakan agama dalam melancarkan aksi. Menurut dia, jika ingin berbicara soal agama, seharusnya yang diusahakan adalah kesejahteraan orang banyak, bukan dengan demonstrasi.
"Ini bulan suci Ramadan, mau bawa-bawa agama lagi. Saya kira enggak benar kalau orang bawa-bawa agama seperti itu. Kami bukan menzalimi Anda. Itu yang penting," ucapnya.
Dia menuding para demonstran merupakan warga kolong Jalan Tol Wiyoto Wiyono yang bakal dipindah ke rumah susun. "Makanya kalau kolong jalan tol, berarti mereka mengakui kalau kolong jalan tol tidak boleh ditinggali, kan? Jadi mau bagaimana? Kita siapkan rumah susun, tapi (mereka) enggak mau tinggal," ujarnya.
Kepala Polisi Resor Jakarta Utara Komisaris Besar Daniel Bolly Tifaona mengatakan Kepolisian Jakarta Utara bekerja sama dengan Kepolisian Daerah Metro Jaya untuk mengamankan demonstrasi. "Kami terjunkan 500 personel," katanya saat dihubungi Tempo, Kamis, 7 Juni 2016.
ABDUL AZIS