TEMPO.CO, Jakarta - MF, tersangka penjual vaksin palsu adalah pemilik kios obat bernama Apotek Rakyat Ibnu Sina. Apotek ini berada di Pasar Kramat Jati Blok B L01 BKS 050, Jalan Raya Bogor, Jakarta Timur.
Menurut Asisten Manajer Bagian Usaha Unit Pasar Besar Kramat Jati Rizkan, kios milik MF tutup semenjak pria itu ditangkap pada Selasa, 21 Juni 2016.
MF kini ditahan di Badan Reserse Kriminal Mabes Polri, Jakarta Selatan. "Kami sama sekali tidak tahu dia menjual vaksin palsu," kata Riskan di kantornya, Senin, 27 Juni 2016.
Tempo mengunjungi kios milik MF yang pintunya tertutup. Toko-toko di sekitarnya juga menjual obat. Tiga kios yang paling dekat dengan apotek MF sama-sama bernama Apotek Rakyat Ibnu Sina. Namun, salah seorang penjaga kios itu mengatakan apotek mereka tak ada hubungan usaha dengan MF.
Seorang tetangga kios MF, Noer, mengatakan polisi menggerebek apotek milik MF pada Selasa siang, 21 Juni 2016. Saat itu Noer menjaga toko obatnya, Apotik Rakyat Cahaya. "Polisi datang mondar-mandir, langsung tangkap dia," kata Noer.
Menurut Noer, polisi juga memeriksa gudang obat MF yang berada di dalam pasar. Noer mengatakan barang-barang vaksin palsu itu disita polisi dari gudang MF. Tersangka MF, kata Noer, dibawa dengan mobil polisi.
Noer mengaku tahu bahwa tetangga kiosnya itu berjualan vaksin. Namun ia tak pernah memperhatikan kalau vaksin itu barang palsu. Noer menjelaskan bahwa barang dagangannya berbeda dengan barang yang dijajakan MF.
Noer menjual obat-obatan yang biasa ada di pasaran, seperti obat batuk, pilek, madu, hingga minyak kayu putih. Ia melayani eceran dan grosir bagi pedagang toko obat lainnya.
Sedangkan MF, kata Noer, menjual barang-barang poli. "Barang-barang dan obat yang ada di klinik, bidan, dan puskesmas," kata perempuan 50 tahun ini.
Ia mengatakan langganan MF juga adalah klinik dan bidan. Namun mereka tak membeli langsung di Apotek Rakyat Ibnu Sina. "Dia (MF) yang keliling, dia yang datang (ke pembeli)," ucap Noer. Ia menjelaskan, MF membuka apotek karena untuk menjual obat-obatan itu harus ada apotek. "(Kalau tidak) berarti dia tidak punya nama."
Menurut Noer, ia jarang melihat MF di kiosnya. "Kadang tidak buka, kadang saudaranya yang jaga. Hari Minggu libur," tuturnya. Noer yang lebih dulu membuka toko di Pasar Kramat Jati, sejak 1997, tidak pernah curiga dengan MF.
"Biasa aja, tidak curiga. Kayak pedagang umumnya," kata Noer. Semenjak penggerebekan Selasa lalu, dia mengatakan suasana di sekitar kiosnya mencekam. "Wartawan jadi ramai, polisi juga," ujarnya.
REZKI ALVIONITASARI