TEMPO.CO, Jakarta - Sehari menjelang Lebaran, Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat, masih dipadati pemudik. Hasil pantauan Tempo pada Selasa sore, 5 Juli 2016, ruang tunggu di Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat, para penumpangyang tak kebagian kursi, terpaksa menunggu sambil duduk lesehan di lantai.
Pelataran di depan ruang tunggu dengan jarak sekitar dua meter pun juga diisi para pemudik dan tas-tas besar milik mereka. Mereka duduk dan memanjang hingga ke mushala yang terletak di belakang ruang tunggu. Bahkan, beberapa pemudik wanita yang telah shalat, memilih menunggu di dalam mushala. "Saya naik kereta yang jam 7 malam," kata Kusdarminah, salah seorang pemudik kepada Tempo, Selasa, 5 Juli 2016.
Wanita berusia 61 tahun ini tiba di Stasiun Pasar Senen pukul 17.00 WIB. Kus, sapaan akrabnya, datang dari Bogor dan hendak ke Banyumas. Ia naik kereta bisnis jurusan Purwokerto. Tahun-tahun sebelumnya, Kus lebih sering mudik menggunakan bus. Namun, kali ini, dia lebih memilih naik kereta. "Karena kalau naik bus suka mabok. Enggak kuat," ujarnya.
Meski keberangkatannya masih sekitar dua jam lagi, Kus merasa tidak keberatan. Ia datang cepat karena takut terlambat.
Senior Manager Humas PT KAI Daerah Operasional 1 Jakarta Bambang S. Prayitno pun mengaku terlalu cepatnya para penumpang yang datang, akan menyebabkan penumpukan. Namun, pihaknya telah melakukan antisipasi. "Kami melakukan sterilisasi supaya yang masuk boarding tidak terganggu," katanya saat ditemui Tempo di Stasiun Pasar Senen.
Menurut Bambang, antisipasi tersebut khusus diberlakukan di Stasiun Pasar Senen. Sebabnya, kata dia, segmentasi dan karakteristik penumpang di Stasiun Pasar Senen berbeda dengan Gambir. "Volume penumpang di sini lebih tinggi karena dalam satu gerbong itu tempat duduknya sekitar 105-106. Dua kali lipat dari Gambir," kata Bambang.
Menurut Bambang, bila penumpang tidak terlalu cepat datang pun tidak masalah. Namun, kata dia, sifat penumpang memang seperti itu. Dia melihat, meski terjadi penumpukan, para pemudik nampak tak keberatan dengan situasi itu. "Penumpang kan seperti itu, berangkatnya sore, tapi datang dari pagi," kata Bambang. "Mereka sebetulnya kami lihat enjoy saja."
FRISKI RIANA