TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok tercengang ketika mendapati informasi adanya kerusakan terhadap empat pompa air di Waduk Pluit. "Gila itu bahaya sekali, saya baru dengar," kata Ahok di Balai Kota, Rabu, 13 Juli 2016.
Ahok heran karena mendapat laporan bahwa kerusakan berasal dari sambungan kabel di bawah tanah. Padahal, kata Ahok, waduk tersebut telah mengambil aliran listrik dari PLTU Pluit Muara Karang milik Perusahaan Listrik Negara (PLN) dari kabel bagian atas.
"Kan PLN sudah tarik langsung dari atas. Saya enggak tahu kalau rusak. Ini mah sabotase. Selama PLTU di Pluit itu enggak rusak, harusnya enggak boleh enggak ada listrik ke Waduk Pluit," kata Ahok.
Ahok mengatakan seharusnya perawatan alat pompa air tersebut masih berlaku hingga 2018. Sehingga Ahok curiga jika alasan matinya pompa listrik karena rusak.
"Ini mah sabotase, kalau Waduk Pluit rusak, bisa tenggelam Jakarta. Itu sudah kurang ajar, saya jamin itu kurang ajar namanya," kata Ahok.
Untuk itu, Ahok berencana akan mengecek dan mengaudit kerusakan berdasarkan laporan yang ada. Ahok curiga sabotase karena ada pompa air yang masih kontrak lama dengan pembuat pompa air. "Mungkin dia enggak dapet proyek lagi saya enggak tahu maunya apa. Ini lagi diselidiki," tutur Ahok.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memang berniat untuk mengambil alih pompa air kepada dinas terkait. Namun, untuk saat ini kerusakan masih menjadi tanggung jawab pengelola yang lama. Selain itu, kata Ahok, masalah bukan dari PLN melainkan aliran listrik dari arah trafo ke pompa yang mati.
"Nah itu kami suruh cek. Masa kabel doang mati. Lewat tanah tinggal tarik ke atas juga bisa beli. Ini musim hujan gini apa gak tenggelam Jakarta?" kata Ahok.
LARISSA HUDA