TEMPO.CO, Jakarta - Polisi menempatkan Syahril Sidik, tersangka pembunuh Imas Kartika alias Alika, 25 tahun, di ruang isolasi. Syahril ditempatkan di sel seorang diri karena, setelah pemeriksaan darah, ia diketahui mengidap human immunodeficiency virus/acquired immune deficiency syndrome (HIV/AIDS) stadium 3.
Menurut Kepala Kepolisian Resor Jakarta Utara Komisaris Besar Daniel Bolly Tifaona, tak ada perlakuan khusus terhadap Syahril, 29 tahun. "Hanya di tahanan isolasi atau terpisah dengan tersangka lain," katanya lewat pesan pendek, Rabu, 20 Juli 2016. Ruang tahanan isolasi terletak di lantai 4 rutan narkoba PMJ.
Syahril membunuh Alika dan meninggalkannya di Hotel Elysta. Setelah membunuh, tersangka menjarah 1 ponsel Samsung, 1 ponsel BlackBerry, kartu tanda penduduk, surat tanda nomor kendaraan, sepeda motor, dan uang Rp 25 ribu milik korban.
Pelaku dan korban sudah saling kenal sejak sekitar satu bulan lalu. Berdasarkan pemeriksaan polisi, keduanya sudah tiga kali berhubungan badan di Hotel Elysta dan, setiap kali berhubungan badan, pelaku membayar Rp 250 ribu.
Sebelumnya, mayat Alika ditemukan di Hotel Elysta, Koja, Jakarta Utara. Mayat perempuan yang diduga sebagai pekerja seks itu ditemukan di lantai 3 kamar II C pada pukul 18.30 WIB, Selasa, 12 Juli 2016, dengan luka sayatan di leher sebelah kiri dan perut sebelah kiri.
Penempatan Syahril di sel isolasi, menurut Kepala Subdirektorat Kejahatan dan Kekerasan Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Hendy Kurniawan, dilakukan karena pihaknya tak mau mengambil risiko. "Kami tak ingin mengambil risiko ada tahanan lain yang ikut terkena penyakit," ucapnya saat dihubungi, Rabu, 20 Juli 2016.
Saat ini, Syahril masih menunggu pemberkasan kasus yang melibatkannya selesai. Hendy juga mengatakan saat ini Syahril masih menjalani perawatan rutin dengan tim dari Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Biddokes) Polda Metro Jaya dan dalam pengawasan ketat. Syahril sebelumnya diancam melanggar Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana. Ia diancam hukuman penjara seumur hidup.
AUZI AMAZIA | EGI ADYATAMA