TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama tidak masuk daftar bakal calon yang diajukan PDIP Jakarta ke DPP PDIP. Namun pria yang akrab disapa Ahok itu tetap dalam radar pantauan pimpinan pusat partai berlambang banteng tersebut. Sebanyak 80 persen kader PDIP di DPRD Jakarta juga tak mendukung pencalonan Ahok.
Kepala Badan Pemenangan Pemilu (Bapilu) PDI Perjuangan Jakarta Gembong Warsono mengatakan ada tiga proses penjaringan bakal calon Gubernur DKI Jakarta, yakni pendaftaran, pengusulan, dan penugasan. Sementara ini, menurut Gembong, nama Ahok belum masuk daftar mana pun.
"Namun partai belum memutuskan kesimpulan final, semua tergantung partai. Nama Ahok masuk pantauan DPP dan dicermati partai," kata Gembong di kantor DPD PDIP, Tebet, Jakarta Selatan, Ahad, 31 Juli 2016.
Gembong menuturkan, meski Ahok masuk radar pantauan DPP, ia masih harus mendaftarkan diri jika ingin didukung PDIP. "Setiap bakal calon wajib mendaftarkan diri. Setelah melihat radar tersebut, kami lalu melihat, apakah calon ini mendaftar atau enggak," tutur Gembong.
Ahok sebelumnya minta tiga partai penyokongnya melobi PDIP agar mendukung dia. (BACA: Ahok Minta 3 Partai Pendukung Lobi PDIP)
Hanura dan NasDdem sudah menyanggupi permintaan Ahok itu, sedangkan Golkar sebelumnya melobi PDIP agar Ahok dipasangkan dengan Djarot, yang sekarang menjadi Wakil Gubernur Jakarta.
PDIP sudah mengantongi enam nama dari jalur penjaringan yang mengizinkan siapa pun mendaftar menjadi bakal calon Gubernur DKI Jakarta. Hasilnya merupakan pengerucutan dari 34 nama yang mendaftar dan 27 nama yang ikut seleksi penjaringan.
Berdasarkan hasil penyerapan aspirasi yang dilakukan 28 kader PDIP yang ada di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI Jakarta, Gembong menyebutkan sebagian besar tidak menginginkan PDIP mengusung calon gubernur inkumben untuk Pilgub DKI Jakarta 2017.
"Tugas kami hanya menyampaikan. Ternyata, mayoritas kader (kami) tidak menghendaki. Suara yang berkembang seperti itu. Sebanyak 80 persen kader menghendaki tidak mendukung inkumben," kata Gembong.
Meski begitu, Gembong menuturkan keputusan tetap berada di tangan DPP PDIP. Sebagai kader, ia akan menerima apa pun keputusan akhir partai. "Kami harus satu komando, dong," ujarnya.
Sampai saat ini, Gembong menuturkan PDIP masih berfokus mempersiapkan mesin dan perangkat partai dengan konsolidasi terus-menerus. Selain itu, PDIP masih terus membuka komunikasi dengan partai lain. Besok (Senin), PDIP akan menjamu partai Hanura yang akan hadir, kemudian diikuti Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) keesokan harinya.
LARISSA HUDA