TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengaku tidak banyak berbicara dengan staf khususnya, Sunny Tanuwidjaja, terkait dengan pencalonannya dalam pemilihan kepala daerah DKI 2017.
"Kami sekarang enggak banyak mengobrol (tentang) saran (untuk menjadi gubernur)," ucap Ahok di Balai Kota DKI, Senin, 1 Agustus 2016.
Ahok mengatakan Sunny kini lebih sering membahasnya bersama tiga partai pendukungnya, yakni Partai NasDem, Partai Hati Nurani Rakyat, dan Partai Golongan Karya. "Dia lebih banyak gabung (dengan) tiga partai politik," ujarnya.
Ahok sudah memutuskan untuk maju dalam pilkada melalui jalur partai. Keputusannya itu dia ambil dalam acara halalbihalal bersama relawan dan ketiga partai pada pekan lalu.
Namun mantan Bupati Belitung Timur itu membantah bahwa keputusannya memilih jalur partai atas saran Sunny. Menurut dia, Sunny malah lebih menginginkan Ahok maju lewat jalur perseorangan atau independen.
"Supaya tes, kan dia (Sunny) punya obsesi, kan. Namanya juga calon doktor, pingin eksperimen," tuturnya. "Kalau saya putusin sesuatu, lebih untuk kepentingan negara."
Hingga saat ini, Sunny masih bekerja menjadi staf khusus Ahok. Keduanya saling mengenal sejak 2010. Saat itu Sunny sedang menyelesaikan disertasinya untuk meraih gelar doktor di Northern Illinois University, Amerika Serikat.
Nama Sunny sendiri mulai dikenal ketika dikaitkan dengan kasus suap reklamasi yang melibatkan Ketua Komisi D Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jakarta M. Sanusi dan Presiden Direktur Agung Podomoro Land Ariesman Widjaja. Komisi Pemberantasan Korupsi mencegah Sunny ke luar negeri selama enam bulan sejak 6 April 2016.
FRISKI RIANA