TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Partai Gerindra Jakarta Muhammad Taufik mengatakan bahwa tiga partai pendukung Basuki Tjahaha Purnama atau Ahok, yakni Partai NasDem, Hanura dan Golkar, rawan terpecah karena masing-masing berebut kursi wakil gubernur.
"Wakil gubernur pasti berebut, tiga-tiganya pasti mau nyalonin wakil gubernur dong," ujar Taufik di kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jakarta, Jumat, 12 Agustus 2016.
Taufik menuturkan NasDem sebagai partai yang pertama kali menyatakan dukungannya kepada Gubernur Jakarta itu akan memiliki keinginan untuk mengajukan nama calon wakil gubernur. Begitu juga dengan Partai Hanura yang memiliki 10 kursi di DPRD dan Partai Golkar karena kadernya, Nusron Wahid, dipilih sebagai ketua tim pemenangan Ahok.
"Mungkin kan terjadi begitu. Kalau satu (partai) lari selesai nih (Ahok) jadi calon tunggal," kata dia. "Kalau di kita (Koalisi Kekeluargaan), satu (partai) lari masih cukup. Kan tingkat kerawanannya mesti dilihat di mana. Mana yang lebih rawan."
Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Hanura Jakarta Muhammad Ongen Sangaji dan Ketua Fraksi Partai NasDem Jakarta Bestari Barus menanggapi santai pernyataan Taufik. Saat ditemui secara terpisah, keduanya kompak membantah tudingan itu. "Itu kan kata Taufik. Kata kita (Hanura) enggak ada," kata Ongen saat ditemui di ruang Fraksi Hanura.
Ongen menyatakan secara tegas bahwa ketiga partai pendukung bersama relawan Teman Ahok cukup solid. Apalagi saat ini mereka rutin melakukan pertemuan dalam rangka pemenangan Ahok. Untuk nama calon wakil gubernur, Ongen mengatakan partainya menyerahkan segala keputusan kepada Ahok. "Siapa yang terbaik menurut Pak Ahok kami ikuti saja."
Adapun Bestari hanya tertawa ketika mendengar isu yang dilempar Taufik. Menurut dia, isu perpecahan antara tiga parpol pendukung Ahok hanya diembuskan saja supaya terjadi polemik di antara mereka. "Justru saya mengatakan jangan ada yang menanggapi, biarkan saja. Semua sepakat tidak menanggapi itu," kata Bestari di ruangan Fraksi NasDem.
FRISKI RIANA