TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengatakan sosok Presiden Joko Widodo merupakan panutannya dalam berpolitik. "Saya masih ada satu bos di politik, (yaitu) Pak Jokowi," ucap Ahok di Balai Kartini, Jakarta, Sabtu, 13 Agustus 2016.
Ahok memang tidak secara tegas menyatakan Presiden Joko Widodo berada di balik keputusannya memilih jalur partai politik untuk maju dalam pemilihan Gubernur DKI 2017. Dia hanya mengaku tidak ingin berbeda pendapat dengan Presiden. "Saya harus tetap di bawah seorang Jokowi," ujarnya.
Ahok menuturkan Jokowi merupakan sosok yang sabar. Apalagi, ketika maju dalam pemilihan presiden 2014, Jokowi kerap diledek sebagai petugas partai. Bagi Ahok, sosok mantan Wali Kota Solo itu bukanlah petugas partai, tapi orang yang sangat sabar dalam menanti saat yang tepat untuk pemilihan umum 2019.
Pemilihan presiden dan pemilihan legislatif 2019 akan dilaksanakan bersamaan. Saat itu, kata Ahok, posisi Jokowi sangat kuat, sehingga mampu mengajak semua partai untuk mendukungnya.
"Kalau Pak Jokowi begitu kuat nanti, partai-partai bisa (mendukung). 'Eh, lu mau ikut gua enggak? Kalau ikut gua, calon anggota DPR-nya siapa-siapa bisa kita tentukan, menterinya siapa bisa kita tentukan'," ucap Ahok memberi gambaran.
Saat ini, menurut Ahok, situasi pemerintahan seperti menganut sistem semiparlementer. Sebab, semua keputusan dalam mengambil kebijakan harus dirundingkan dengan Dewan Perwakilan Rakyat. "Kita harus sabar. Jadi orang dalam pertempuran itu ada hitungannya," ujarnya.
Ahok mengaku baru mengenal Jokowi pada 2012. Saat itu Ahok dipilih sebagai calon Wakil Gubernur DKI untuk berpasangan dengan Jokowi yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan sebagai calon Gubernur DKI.
FRISKI RIANA