TEMPO.CO, Jakarta - Basuki Tjahaja Purnama mengklaim dia memiliki kesempatan menang lebih besar jika memilih maju dalam Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017 lewat jalur independen. Ia mengklaim, jika akhirnya tak pilih jalur partai politik, orang-orang yang tidak peduli dengan politik akan beralih memilih dirinya.
"Kalau saya masih independen, lawan semua parpol itu chance lebih besar. Sebab, ada orang yang memang golput dan segala macam akan ikut," kata pria yang biasa disapa Ahok itu di Balai Kota, Senin, 15 Agustus 2016.
Baca Juga: PKS: Kami Tak Dukung Ahok Bukan karena SARA, tapi...
Kesempatan untuk menang lebih besar nyaris hilang lantaran Ahok akhirnya memilih berjalan bersama tiga partai politik yang mendukung dirinya: Partai NasDem, Hanura, dan Golkar. Menurut Ahok, saat ia memutuskan untuk menggunakan kendaraan politik dengan partai, kesempatan menang dengan partai lain menjadi sama.
"Semua calon kesempatannya (jadi) sama. Begitu saya turun (pilih) ikut parpol, chance-nya sudah sama. Beda ketika saya independen," Ahok berujar.
Simak Pula: Demokrat Siapkan 8 Nama Calon Penantang Ahok dalam Pilkada DKI
Awal tahun lalu, Ahok sempat mendeklarasikan diri untuk masuk dalam bursa DKI-1 lewat jalur independen. Ahok, yang saat itu belum diusung partai mana pun, harus mengumpulkan satu juta KTP untuk memenuhi syarat pasangan calon non-partai. Pada Juni lalu, target dukungan tersebut terpenuhi.
Namun, pada saat yang bersamaan, tiga partai mendekati Ahok dan menyatakan akan mendukung Ahok tanpa syarat. Hingga akhirnya Ahok memutuskan maju dengan partai lantaran ia ingin menghormati partai yang telah mendukungnya. Dengan begitu, Ahok mengaku keputusannya tersebut menurunkan posisi dirinya.
Baca: Judicial Review Ahok, Mendagri: Tak Ganggu Tahapan Pilkada
"Nah, begitu saya putusin ikut parpol, makanya ini nurunin posisi sama. Lapangan tandingnya sudah rata," tutur Ahok.
LARISSA HUDA