TEMPO.CO, Jakarta - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini terus menuai dukungan, khususnya di Jakarta, untuk maju dalam pemilihan kepala daerah 2017. Kali ini, dukungan datang dari masyarakat Lenteng Agung, Jakarta Selatan, dan Organisasi Masyarakat Suara Pemuda untuk Risma (SPUR).
“SPUR ingin menyatukan diri dengan rakyat Jakarta yang telah mewujudkan diri untuk mendukung Ibu Risma,” kata Emi Sulyuwati, penggerak SPUR dalam pesan tertulisnya, Ahad, 21 Agustus 2016.
SPUR meminta Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri memberikan rekomendasi kepada Risma untuk menjadi calon Gubernur DKI Jakarta 2017-2022. Dalam pernyataan tersebut, Emi menyinggung keberadaan gubernur petahana, Basuki Tjahaja Purnama, yang dinilainya tidak pro terhadap rakyat miskin, seperti yang pernah dijanjikan sebelumnya. “Rakyat masih saja terkucil dari kemajuan kotanya akibat ketiadaan ruang partisipasi yang memadai dan demokratis.”
Emi adalah Ketua Umum Organisasi Massa Gerak Indonesia, gabungan sebelas organisasi pendukung Risma yang sudah lebih dulu mendeklarasikan dukungannya. Gerak Indonesia merupakan gabungan dari Barisan Risma (Baris), Tanah Merah untuk Risma (Tameris), Aliansi Masyarakat untuk Risma (Amaris), Siap Mendukung Tri Rismaharini (Simetris), Pasukan Risma (Paris), Aspirasi Gerakan Rakyat bersama Risma (Agraris), Anak Rawa Bunga Cinta Risma (Artis), Kampung Gusti Dukung Risma (K-Gris), Setia Kawan Laskar Risma (Selaris), Persatuan Rakyat untuk Risma (Praktis), dan Gerakan Masyarakat Pendukung Risma (Gempur).
Sebelumnya, dukungan untuk Risma datang dari Jakarta Barat, Jakarta Timur, dan Jakarta Utara. Pada Sabtu, 20 Agustus 2016, Gerak Indonesia menggelar forum konsolidasi kelompok-kelompok pendukung Risma di Gedung Joang'45, Menteng, Jakarta Pusat.
Emi ingin Jakarta lebih baik. Namun, menurut dia, harapan itu tidak bisa disandarkan kepada pemimpin Jakarta saat ini. Dia menunjuk suatu peristiwa ketika rakyat yang menjadi korban gusuran hendak minta tolong, tapi malah dihardik. “Bahkan, dengan tega, (pemimpin) membuat rakyatnya kehilangan tempat tinggal dan pekerjaan akibat penggusuran paksa tanpa dialog,” tutur Emi.
Emi berpendapat, Jakarta tidak hanya memerlukan pemimpin yang tegas dan berprestasi, tapi mau bekerja dan mendengarkan. Karena itu, SPUR bersama masyarakat Lenteng Agung—jalan tempat kantor pusat PDI Perjuangan lama berada—dengan tegas menginginkan Risma memimpin Jakarta.
Baca: Transkrip Omongan Ahok yang Bikin Panas Risma
PDI Perjuangan belum mengumumkan calon gubernur dan wakil gubernur yang akan diusung. Namun Ahok, begitu Gubernur Basuki biasa disapa, mengklaim mendapat dukungan secara pribadi dari Megawati—Ketua Umum PDIP. Tapi, menurut Ahok, dukungan belum solid di tingkat bawah, yakni di level pengurus PDI Perjuangan DKI Jakarta.
Belakangan, Ahok mengatakan kedatangannya menemui Megawati di kantor pusat partai, Jalan Diponegoro 58, pada 17 Agustus 2016, tidak untuk meminta dukungan PDI Perjuangan, tapi meminta izin menjadikan Djarot Saiful Hidayat sebagai calon wakil gubernur mendampingi dia. Djarot kini berstatus sebagai Wakil Gubernur Jakarta dan Ketua PDI Perjuangan.
Dukungan yang begitu marak di Jakarta tak membuat Risma memberi sinyal akan berlaga melawan Ahok. "Memang ada yang menarik saya ke sana dan ke sini, tapi jangan khawatir, saya masih bertahan di sini (Surabaya)," kata Risma, disambut tepuk tangan para undangan yang hadir dalam acara pembukaan pameran pendidikan non-formal Widya Wahana PNFI 2016 di Balai Pemuda Surabaya, Jumat, 19 Agustus 2016.
DESTRIANITA