TEMPO.CO, Jakarta - Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Masinton Pasaribu, menyebut, tingkat elektabilitas calon pemimpin petahana memiliki kecenderungan menurun. “(Tingkat elektabilitas) Petahana awalnya tinggi, tetap, lalu menurun,” katanya di Jakarta, Ahad, 21 Agustus 2016.
Menurut anggota Komisi Hukum Dewan Perwakilan Rakyat ini, penurunan tingkat elektabilitas juga dialami Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Kondisi serupa terjadi pada 2012, yakni saat Fauzi Bowo menjadi Gubernur DKI Jakarta. Calon gubernur petahana dikalahkan oleh Joko Widodo-Ahok.
Masinton berpendapat, penurunan tingkat elektabilitas Ahok bisa jadi lantaran kinerjanya yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat. Ia pun membandingkan kepemimpinan Ahok dengan Jokowi ketika menjabat sebagai Gubernur DKI 2012-2014. Menurut dia, sikap politik Jokowi adalah demokrasi partisipatif. Berbeda dengan Ahok yang dianggapnya kurang.
Masinton menanggapi hasil survei Lembaga Penelitian dan Konsultan Manilka yang dilakukan pada 6-11 Agustus 2016. Survei menunjukkan, popularitas Ahok 98,9 persen. Namun, dari sisi keterpilihan, justru menurun. Pada Juni 2016, survei Manilka mencatat, tingkat elektabilitas Ahok 49,3 persen. Namun kali ini 43,6 persen.
Baca: Elektabilitas Ahok Turun, Siti Zuhro Kritik Metode Survei
Direktur Manilka Herzaky Mahendra Putra mengatakan tingkat kepuasan publik terhadap kepemimpinan Ahok secara umum juga menurun. Pada Juni 2016, tingkat kepuasan publik tercatat 67,5 persen. Namun hasil survei sekarang menurun, yakni menjadi 60,7 persen.
Herzaky menilai, salah satu faktor yang mendorong turunnya tingkat elektabilitas Ahok adalah inkonsistensi. Sebab, Ahok, yang awalnya maju pemilihan kepala daerah lewat jalur perseorangan, berbalik arah ke jalur partai politik. Selain itu, masih ada beberapa persoalan mendasar yang dianggap belum tuntas.
Menurut hasil survei terhadap 440 responden tersebut, ada lima persoalan yang mendesak ditangani. Tingginya harga sembako menempati urutan teratas. Persoalan lain adalah pengangguran, kemacetan, pemberantasan korupsi, dan kemiskinan.
DANANG FIRMANTO