TEMPO.CO, Tangerang - Polisi hingga kini masih melakukan penyelidikan di balik pembunuhan Sumarmin, 40 tahun, pemilik warung kelontong di Pondok Pucung Indah I, Pondok Aren, Tangerang Selatan.
Sumarmin diduga dibunuh oleh Jacobus Putu Subrotosusiswo, pasangan sejenis korban yang berhasil ditangkap. "Motif pembunuhan, asmara dan ekonomi," ujar Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Tangerang Selatan Ajun Komisaris Samian, Rabu, 14 September 2016.
Menurut Samian, dari hasil pemeriksaan sementara, pelaku membunuh korban dilatarbelakangi asmara dan masalah ekonomi. Pelaku berpacaran dengan korban dan juga memiliki pacar wanita. Faktor ekonomi tergambar dari pelaku yang merampas uang dan harta korban setelah membunuh. "Kami masih terus mendalami penyelidikan," kata Samian.
Penyelidikan, kata Samian, masih meliputi motif, kemungkinan ada pelaku lain, dan adanya unsur perencanaan dalam pembunuhan ini.
Jacobus ditangkap tim gabungan Kejahatan dan Kekerasan Unit III Polda Metro Jaya, Polres Tangerang Selatan, dan Polsek Pondok Aren saat sedang mengemudi di depan McDonald’s, Bintaro, pada Selasa, 13 September. Jacobus ditangkap setelah sempat kabur ke Klaten, Jawa Tengah, hingga Yogyakarta. Dalam pelariannya, pelaku menjual dua unit telepon seluler korban yang ia rampas.
Peristiwa pembunuhan tersebut terjadi pada 8 September malam sekitar pukul 21.30. Saat itu, pelaku datang ke warung kelontong milik korban di Pondok Pucung Indah I. Keduanya melakukan hubungan intim sejenis selama 30 menit.
Setelah selesai, korban mengajak kembali berhubungan intim, tapi ditolak pelaku. Korban marah dan memaki pelaku. Cekcok mulut terjadi. Jacobus tersinggung dengan kata-kata makian korban dan langsung mengambil pisau dapur lalu menusuk dada korban.
Jacobus semakin kalap ketika korban mencoba berontak. Lelaki ini memukul korban dengan panci, menusuk leher korban, dan membekap wajah korban dengan bantal hingga meninggal.
Jacobus kemudian mengambil uang Rp 500 ribu di laci warung dan rokok berbagai merek. Sebelum kabur, ia membuang baju, celana, dan sandal di rumah kosong tak jauh dari lokasi pembunuhan.
Jasad Sumarmin ditemukan pada Sabtu, 10 September, sekitar pukul 09.30. Hal ini pertama kali diketahui oleh Joko, tetangga korban, yang heran karena sudah dua hari tidak melihat Sumarmin di warung tersebut. Padahal biasanya korban nongkrong di warung. Ia curiga ketika melihat rolling door warung terbuka sedikit dan tercium bau tak sedap. Joko juga sempat memanggil-manggil korban, tapi tidak ada jawaban.
Akhirnya Joko memanggil tetangga dan warga lain untuk membantu mengecek ke dalam warung. Ketika mereka masuk, Sumarmin sudah tergeletak di lantai dengan sejumlah luka pada tubuhnya.
JONIANSYAH HARDJONO