TEMPO.CO, Jakarta - Calon Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, menilai penggusuran di Jakarta memiliki masalah yang berbeda-beda, sehingga penanganannya pun tidak akan sama. "Satu hal yang pasti, jika dibicarakan baik-baik bisa ada solusinya," kata Anies saat berdialog dengan relawannya, Jakpas, di Jatinegara, Jakarta Timur, Jumat, 30 September 2016.
Pernyataan Anies tersebut menanggapi pesan yang disampaikan perwakilan warga Jatinegara bernama Rini. Dia menyampaikan bahwa warga gusuran yang kini tinggal di rumah susun Cipinang Selatan merasa terbebani dengan biaya yang harus dikeluarkan setiap bulan.
"Mereka bukan menempati rumah gratis. Tapi bayar kurang lebih Rp 925 ribu, yang katanya Rp 300 ribu, tapi air semua bayar. Nasib mereka, ekonominya, cari nafkah tadinya cukup sekarang susah," kata Rini.
Anies menilai, mekanisme penggusuran yang dilakukan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok ada berbagai macam. Menurut dia, mekanisme tersebut ada yang sudah benar. Namun karena jumlah penggusuran itu cukup banyak, maka penanganan kasusnya juga berbeda-beda di setiap lokasi.
"Memang akan perlu waktu. Tapi di sini lah menurut saya substansinya. Memindahkan itu sebentar tapi konsekuensinya seumur hidup. Karena itu harus dilakukan dengan cara yang benar," ujarnya.
Anies menjanjikan akan mengedepankan dialog dan mencari pemahaman antar pihak seiring dengan penegakkan aturan bagi yang melanggar. Lewat berdialog, menurut Anies, pemimpin bisa menyampaikan adanya kebutuhan publik yang lebih besar sebagai alasan melakukan penggusuran.
"Dan saya percaya masyarakat di DKI bisa memahami ketika harus melakukan relokasi atau digeser atau digusur, jika penjelasan baik, komunikasi baik dan jika semua komitmen dijalankan dengan baik," tuturnya.
FRISKI RIANA