TEMPO.CO, Jakarta - Empat partai pengusung pasangan calon gubernur-wakil gubernur Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat dalam pemilihan kepala daerah Jakarta 2017 optimistis elektabilitas keduanya bakal terkerek naik. Partai menganggap penurunan elektabilitas mereka hanya sesaat karena warga Jakarta dilanda euforia sementara atas munculnya penantang Basuki. “Ini karena mesin partai belum bergerak saja,” kata Ketua Badan Pemenangan Pemilu Jakarta Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Gembong Warsono, 4 Oktober 2016.
Menurut Gembong, tiga partai anggota koalisi baru resmi menyatakan dukungan dua pekan lalu. Setelah itu, PDI Perjuangan menggelar rapat maraton dengan pengurus partai di tingkat rukun warga untuk membahas strategi memenangkan inkumben.
Strateginya, kata Gembong, dimulai dengan kampanye word of mouth. Tim kampanye akan menjelaskan visi dan misi pasangan Basuki-Djarot kepada masyarakat. Ia yakin elektabilitas Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok akan kembali di atas 50 persen saat tim sudah bekerja.
Dalam siaran pers, kemarin, Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menyebutkan elektabilitas Basuki-Djarot menurun. Bila pemilihan Gubernur Jakarta dilakukan saat ini, pasangan itu hanya mampu meraih 31,4 persen suara. Adapun pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno dan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni masing-masing meraih 21,1 persen dan 19,3 persen suara.
Baca juga:
Hasil Survei LSI: Ahok Didukung Kelompok Usia Mapan
Heboh Manifesto Komunis: Polisi Gegabah Sita Buku Malaysia
Peneliti LSI, Adjie Alfaraby, mengatakan selisih angka ini tidak aman bagi Ahok. “Biasanya, angka aman buat inkumben itu di atas 20 persen,” kata Adjie. Elektabilitas Ahok, dia melanjutkan, terus menurun dibandingkan dengan dalam survei LSI sebelumnya. Pada Maret lalu, elektabilitas Ahok berada di angka 59,3 persen, lalu turun menjadi 49,1 persen pada Juli.
LSI juga menyoroti ketidakkonsistenan Ahok dalam memilih jalur pencalonan gubernur—semula dia berencana menggunakan jalur perseorangan. Sentimen negatif akibat penggusuran di Bukit Duri, Jakarta Selatan, dan reklamasi pantai utara Jakarta juga menyerang Ahok. “Ini berpengaruh besar terhadap turunnya elektabilitas,” kata Adjie.
LSI menyatakan figur alternatif yang muncul pada menit-menit akhir, yaitu Agus Harimurti, berpotensi menjadi kuda hitam dalam pemilihan mendatang. Menurut Adjie, Agus berpotensi mengalahkan Anies dan Ahok jika strategi kampanye yang disusun timnya tepat sasaran.
Survei LSI dilakukan selama 26-30 September lalu terhadap 440 responden yang tersebar di seluruh Jakarta. Selain menyebar kuesioner, LSI mewawancarai responden. Berdasarkan hasil survei, kata Adjie, ada kemungkinan pemilihan Gubernur Jakarta berlangsung dua putaran.
Kelompok pendukung Basuki-Djarot, Teman Ahok, tak tinggal diam. Salah satu pendiri Teman Ahok, Singgih Widiyastono, mengatakan akan tetap merangkul sejuta lebih warga Ibu Kota yang sudah menyerahkan salinan kartu tanda penduduk untuk Ahok. Sabtu pekan lalu, kelompok relawan ini meluncurkan kampanye #TetapAhok. “Ini bagian dari misi kami merawat sejuta pendukung ini agar tetap memilih Ahok,” kata Singgih.
Ahok menolak berkomentar banyak tentang hasil polling LSI ini. "Sudah terlalu banyak survei, enggak usah, pusing," katanya.
LARISSA HUDA | INDRI MAULIDAR
Baca juga:
Keterpilihan Ahok Merosot: Inilah 3 Hal Menarik & Mengejutkan
Heboh Manifesto Komunis: Polisi Gegabah Sita Buku Malaysia