TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama tak ambil pusing dengan hasil penelitian Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang menyebut elektabilitasnya menurun berdasarkan survei terakhir. Gubernur yang biasa disapa Ahok itu justru berterima kasih karena telah disurvei oleh LSI. "Saya enggak perlu bayar lembaga survei, enak ya enggak, numpang saja gitu, kan," kata Ahok di Balai Kota pada Rabu, 5 Oktober 2016.
Bagi Ahok, kemenangannya dalam pemilihan kepala daerah nanti bukan menjadi target utama saat ini. "Saya sudah bilang, saya disumpah kan untuk merapikan Jakarta," ujarnya. "Buat apa kamu pilih saya jadi gubernur tapi sungai semua enggak rapi?"
Ahok mengatakan warga Jakarta memintanya untuk menata Ibu Kota agar lebih bersih dan rapi. Untuk memenuhi tuntutan itu, pihaknya terpaksa menertibkan bantaran sungai yang ditempati penduduk. "Ya, mereka pindahin ke rusun, kan," tuturnya.
Menurut Ahok, dulu umumnya lebar sungai 60 meter. Namun belakangan terjadi penyempitan di beberapa bagian karena diuruk dan dijadikan tempat tinggal. "Sekarang jadi 20 meter," ucap Ahok.
Ahok menyatakan kebijakan yang diambil pemerintah itu sudah tepat karena memindahkan penduduk di bantaran sungai ke rumah susun. Apalagi mereka yang tinggal di bantaran sungai—juga kolong jembatan—selalu menjadi korban banjir. Namun, apabila kebijakan itu justru dinilai negatif dan menurunkan elektabilitasnya, Ahok tidak mempermasalahkan.
Sebelumnya, LSI merilis hasil survei yang menunjukkan anjloknya elektabilitas Ahok dari 59 persen pada Maret menjadi 31 persen pada Oktober. Penurunan ini diduga sebagai bentuk ketidaksukaan masyarakat Jakarta atas kebijakan Ahok yang dianggap gampang menggusur orang kecil.
AVIT HIDAYAT