TEMPO.CO, Jakarta - Pengikut Dimas Kanjeng Taat Pribadi yang masih bertahan di Pedepokan Dimas Kanjeng di Dusun Sumber Cengkelek, Desa Wangkal, Gading, Kabupaten Probolinggo, tinggal 242 orang. Jumlah itu jauh lebih kecil daripada jumlah sebelumnya yang mencapai sekitar tiga ribuan orang lebih.
"Dari pendataan sore tadi, masih ada 242 orang yang tinggal di sana," kata Camat Gading Slamet Hariyanto kepada wartawan, Rabu, 5 Oktober 2016. Pemerintah Kecamatan Gading selalu melakukan pendataan tiap sore untuk mengetahui jumlah pengikut Dimas Kanjeng yang tinggal di padepokan.
Menurut Hariyanto, 79 dari 242 pengikut Dimas Kanjeng berasal dari Jawa Timur. Ada juga yang berasal dari Makassar, Sulawesi Selatan, serta Jawa Tengah, dan Bali. "Selebihnya daerah lain," ujarnya. Hariyanto memprediksi, dalam beberapa hari ke depan, pengikut Dimas Kanjeng bakal berkurang.
Dari penelusuran Tempo, mereka pulang atas inisiatif sendiri. Mereka sebagian pulang bersama rombongan dengan menggunakan mobil. Sebagian yang lain pulang dengan sepeda motor yang mereka bawa ke padepokan. Tak sedikit di antara mereka tinggal di sana dengan anak dan istri.
Mereka tinggal di tenda yang terbuat dari bambu dan terpal. Didesain layaknya rumah, di tenda itu ada ruang tamu, kamar, dapur, dan kamar mandi. Untuk yang terakhir berada terpisah di belakang tenda. Tenda-tenda itu berdiri di halaman padepokan seluas satu setengah lapangan sepak bola.
Dari hitungan Tempo, setidaknya ada 80-an lebih tenda. Tiap tenda diisi 20-40 orang. Mereka tinggal di tenda sesuai dengan asal daerah. Iswanto, 43 tahun, pengikut Dimas Kanjeng asal Lamongan, mengatakan jumlah temannya saat ini tinggal lima orang. "Sebelumnya ada 40-an orang," tuturnya kepada Tempo.
Mereka bertahan tinggal di padepokan sebelum polisi menangkap Taat pada 22 April lalu terkait dengan kasus pembunuhan terhadap dua pengikutnya. Selain kasus pembunuhan, ia terlibat kasus penipuan. Untuk dua kasus itu, polisi telah menetapkan Taat sebagai tersangka.
NUR HADI