TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok masih menjadi calon terkuat dalam persaingan pemilihan kepala daerah DKI Jakarta 2017. Direktur Eksekutif Riset Indonesia Toto Sugiarto mengatakan tone pemberitaan positif tentang Basuki masih menjadi yang tertinggi dibanding dua penantangnya: Anies Baswedan dan Agus Harimurti Yudhoyono.
"Tone pemberitaan positif Ahok paling tinggi sebesar 85 persen, di atas Anies yang 80 persen dan Agus 72 persen," kata Toto dalam rilis riset pilkada DKI 2017: Respon Publik terhadap Kemunculan Para Calon Gubernur di Resto Jambal Roti, Bellagio Boutique Mall, Jumat, 14 Oktober 2016.
Toto menjelaskan sampel berita diambil mengenai respons warga Jakarta terhadap kemunculan calon gubernur pada 23 September-13 Oktober 2016 yang berasal dari sepuluh media online. Data tersebut terbagi dalam kinerja dan kepribadian setiap calon.
Baca: Ahok Irit Bicara Politik, Dilarang Megawati?
Dari sisi kinerja, kata Toto, Ahok yang menjadi calon inkumben mengungguli Anies dan Agus. "Anies dan Agus, dari sisi kinerja minus, dan belum teruji kepemimpinan. Keduanya juga tidak memiliki pengalaman dalam pemerintahan dan tidak dikenal sepak terjangnya," katanya.
Berbeda dengan Ahok, menurut dia, yang diuntungkan dengan posisinya sebagai calon inkumben. "Kinerja Ahok punya tren positif," kata dia. Toto mengatakan dalam kesimpulannya, publik ternyata tak merekam jejak Anies yang pernah menjabat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, serta Agus yang menjadi perwira militer.
Baca: APBD Perubahan 2016 Menurun, Ahok Kurangi Belanja
Meskipun demikian, Toto menjelaskan Agus dan Anies memiliki potensi mengungguli Basuki dari segi kepribadian. "Hanya Ahok yang punya poin minus, seperti sikap dan gaya Ahok yang pemarah, dan menyerang orang di depan publik," katanya.
Peneliti dari Senior Centre For Strategic and International Studies (CSIS), Philip J. Vermonte, menilai dasar penentuan terhadap pasangan calon tidak perlu dibenturkan pada kinerja dan kepribadian kandidat calon. Sebab, watak pemilih telah terbagi menjadi dua antara pemilih retrospeksi dan pemilih prospektif. Menurut dia, terdapat pemilih yang lebih mendahulukan kinerja dan kepribadian secara berbeda. "Ini mendasari apa yang dilihat pemilih," katanya.
Anies Baswedan, kata Philips, mencontohkan, kinerjanya dalam bidang pendidikan memang tak bisa langsung terlihat. Ia menilai hal itu sebagai kewajaran apabila kinerja Anies tak terlihat publik. "Ditambah lagi pendidikan sudah banyak yang didesentralisasi," kata Philip. "Tapi kalau survei opini publik, memang penggantian Anies sebagai menteri banyak menuai penyesalan publik," katanya.
ARKHELAUS WISNU
Baca juga:
KPK: Penyidikan Kasus Reklamasi Teluk Jakarta Jalan Terus
Jokowi Duetkan Jonan dengan Arcandra, Ini Tujuannya