TEMPO.CO, Jakarta - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama mengimbau kepada tokoh agama dan politikus agar tidak provokatif menyikapi kasus dugaan pelecehan agama oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Ketua Umum PBNU Said Aqil Sirodj meminta secara khusus kepada para khatib salat Jumat agar tidak mengeluarkan pernyataan provokatif dalam khotbahnya.
"Tidak sah kalau isinya cuma caci maki. Khotbah itu mengajak orang beribadah dengan baik," kata Said Aqil di kantor pusat PBNU, Jakarta, Jumat, 28 Oktober 2016. Mengutip dari pemikiran ulama besar Imam Syafie, Said Aqil menuturkan, dalam khotbah tidak boleh ada pesan-pesan yang menyebarkan kebencian.
Menyikapi rencana unjuk rasa besar-besaran tentang kasus dugaan pelecehan agama oleh Ahok, PBNU melarang penggunaan segala atribut Nahdlatul Ulama. Lebih jauh, Said Aqil mengatakan warga NU agar tidak ikut-ikutan turun ke jalan. PBNU memilih untuk membantu kepolisian untuk mengamankan jalannya unjuk rasa yang akan digelar Jumat pekan depan. "Jumlahnya tidak bisa kami beri tahu," katanya.
Baca Juga: Warga Bangka Belitung Demo Anti-Ahok
Lebih lanjut, PBNU meminta kepada pihak yang akan berunjuk rasa tetap menjaga sikap yang baik. Said Aqil meminta kepada demonstran agar tidak anarkis. "Jangan ada isu bunuh. Itu tidak layak diucapkan masyarakat yang bermartabat."
Meski demikian, menanggapi kasus dugaan pelecehan agama oleh Ahok, PBNU meminta kepada kepolisian melangkah sesuai prosedur hukum. Tujuannya agar memenuhi rasa keadilan masyarakat. Said Aqil pun menekankan agar semua pihak mengedepankan asas praduga tak bersalah.
Simak: Ahok Teken UMP 2017 Rp 3,35 Juta, Buruh Tuntut Rp 3,8 Juta
Kepolisian masih mendalami kasus dugaan penistaan agama yang menjerat Ahok. Meski sudah ada beberapa laporan terhadap Ahok yang masuk, polisi masih menyelidiki kasusnya. Mantan Bupati Belitung Timur itu pada Senin lalu mendatangi Badan Reserse Kriminal Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia. Kedatangan Ahok disebut-sebut atas inisiatif sendiri.
ADITYA BUDIMAN