TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Persatuan Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) Mulyadi Tansir mengatakan masih tidak mempercayai Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Mochamad Iriawan. Alasan itu ia gunakan saat disebut tidak kooperatif dalam pemeriksaan oleh penyelidik terkait dengan kerusuhan dalam demonstrasi 4 November lalu.
"Saya sampaikan ada polarisasi dari Polda bahwa HMI adalah provokator (dalam demo). Saya khawatir keterangan yang saya berikan dipelintir untuk pembenaran. Itu yang saya enggak mau," kata Mulyadi saat ditemui setelah bertemu dengan Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab, Selasa, 14 November 2016.
Kekhawtiran Mulyadi didasarkan pada rekaman video yang menunjukkan saat Iriawan berdialog dengan sejumlah massa demo usai kerusuhan pecah. Dalam dialog itu, Mulyadi menilai Iriawan telah menuduh dengan jelas bahwa HMI adalah dalang kerusuhan.
Ia menilai hal itu merupakan pencemaran nama baik. Pihak kuasa hukum HMI telah melaporkan Iriawan ke Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) Polri untuk hal tersebut. "Selama Kapolda masih itu (Iriawan), saya khawatir," kata dia.
Sudah satu kali Mulyadi memenuhi panggilan Polda Metro Jaya untuk pemeriksaan. Namun pihak kepolisian menilai dalam pemeriksaan itu Mulyadi tidak kooperatif. Karena itu, mereka memanggil kembali Mulyadi hari ini. Namun Mulyadi tak hadir. Ia justru mendatangi pertemuan dengan Rizieq Shihab sore ini.
Mulyadi mengatakan masih menghormati proses yang berjalan di Polda. Ia berencana memenuhi panggilan Polda esok, Selasa, 15 November 2016. Namun ia juga tak berjanji akan memberikan keterangan yang diminta. "Itu hak saya sebagai warga untuk memberikan atau tidak memberikan keterangan," kata dia.
Lima rekan Mulyadi di HMI telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kerusuhan 4 November yang pecah di depan Istana Negara. Salah satunya adalah Sekretaris Jenderal HMI Amy Jaya Halim. Empat di antara tersangka telah resmi ditahan, kecuali Amy.
EGI ADYATAMA