TEMPO.CO, Tangerang – Senior General Manager Bandar Udara Soekarno-Hatta, Suriawan Wakan, mengatakan produksi sampah di Bandara Soekarno-Hatta mengalami peningkatan signifikan seiring melonjaknya jumlah penumpang pesawat dalam beberapa tahun terakhir. “Produksi sampah meningkat sehingga terjadi penumpukan,” ujarnya kepada Tempo, Senin, 14 November 2016.
Namun peningkatan volume sampah ini tidak diiringi dengan peningkatan kapasitas mesin insinerator pengolah sampah bandara. Sejak dioperasikan pada 1985, kata Wakan, mesin pemusnah sampah bandara itu hanya mampu menghancurkan sampah bandara sebanyak 50–60 meter kubik dari 120–150 meter kubik produksi harian sampah bandara. "Sehingga terjadi penumpukan," ujarnya.
Wakan mengatakan jumlah penumpang di Bandara Soekarno-Hatta meningkat signifikan selama beberapa tahun belakangan, dari 30 juta penumpang, 50 juta penumpang, hingga pada 2016 ini mencapai 65 juta penumpang.
Menurut Wakan, sampah di Bandara Soekarno-Hatta meliputi sampah pesawat yang ada di dalam kawasan apron dan air side bandara. “Sampah pesawat saja mencapai 120–150 meter kubik per hari,” katanya.
Sampah sisi udara (air side), kata Wakan, semuanya dimusnahkan di mesin insinerator dengan cara dicicil. Wakan mengakui, karena sampah produksi semakin banyak dan menumpuk, sisa yang tak masuk insinerator Bandara diserahkan ke perusahaan vendor untuk dimusnahkan di daerah Karawang, Jawa Barat.
Jumlah itu belum termasuk sampah dari kawasan line side bandara, seperti perkantoran dan tenant di area bandara. “Sampah line side akan kami kerjasamakan dengan Pemerintah Kota dan Kabupaten Tangerang,” kata Wakan.
Ihwal bisnis ilegal sampah bandara yang diduga melibatkan orang dalam dan warga sekitar Bandara yang menjadi pengepul, Wakan mengatakan masih melakukan penelusuran.
JONIANSYAH HARDJONO