TEMPO.CO, Jakarta - Kondisi Zanette Kalila Azaria, 13 tahun, korban yang selamat dalam perampokan sadis di Pulomas, terus membaik. Guru pembimbing Zanette, Rahmita Harahap, mengatakan hal itu saat ditemui di Rumah Sakit Kartika, Jakarta Timur, Jumat, 30 Desember 2016.
Zannette menjalani perawatan setelah dikeluarkan dari sekapan perampok, Selasa, 27 Desember 2016. Ia termasuk lima korban yang selamat. Sedangkan ayahnya, Dodi Triono; dua saudaranya, Dionna dan Gemma; Amel (teman Gemma); serta dua sopir keluarga menjadi korban meninggal.
BACA: Pembunuh Sadis Pulomas Dimakamkan, Pendeta Pimpin Upacara Melalui Video Call
Menurut Rahmi, kondisi Zanette baik saat ditemui. Sebagai guru privat tunawicara, Rahmi sudah dianggap sebagai keluarga sendiri. Walau kini Zanette telah bersekolah di sekolah umum, ia masih membutuhkan guru privat khusus. Sebelumnya, Zanette bersekolah di SLB Santi Rama.
Sudah pulihnya kondisi Zanette ditunjukkan Rahmi dengan memperlihatkan dua foto terakhir gadis itu di rumah sakit. Dari foto yang ditunjukkan gurunya saat menjenguk di ruang perawatan, Zanette tampak ceria dengan baju atasan lengan panjang warna hitam. Ruang perawatan memiliki korden warna pink dan seprai berwarna kuning tua, cocok dengan Zanette yang berusia remaja.
Dalam dua foto yang diperlihatkan, Zanette tampak tenang dan tersenyum. Padahal ia baru saja lolos dari peristiwa mengerikan, yang membuat ayah dan saudarinya meninggal.
BACA: Perampok Sadis Pulomas Bahas Strategi di Warung Padang
Rahmi juga menyatakan cerita yang beredar di media sosial tentang percakapan akhir antara Zanette dan Diona, kakaknya, adalah hoax. Minimal bukan bersumber dari Zanette. Zanette yang tunarungu tidak memungkinkan berkomunikasi di dalam kamar mandi yang gelap. Kesebelas korban disekap di dalam toilet tanpa jendela, yang lampunya tidak dinyalakan.
"Hoax. Kamar mandi itu gelap. Zanette tidak mungkin bisa membaca gerak bibir kakaknya untuk berkomunikasi. Ia hanya bisa merasakan gigitan kakaknya. Jadi lebih memakai perasaan," kata Rahmi.
Erlinda, Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), yang sempat mendampingi Zanette, juga mengatakan, dari lima korban yang selamat, proses pemulihan Zanette-lah yang paling cepat. Erlinda memuji kecerdikan Anet, panggilan Zanette, untuk bisa selamat dengan meminum air di kamar mandi ukuran 1,5 x 1,5 meter, yang menjadi tempat penyekapan sebelas orang itu. Tindakan Anet lalu diikuti seorang pembantu dan baby sitter yang juga selamat.
Menurut Erlinda, gigitan sang kakak dimaksudkan sebagai penyemangat agar adiknya terus berjuang hidup.
MARIA FRANSISCA | TABLOIDBINTANG.COM | YY