TEMPO.CO, Jakarta - Amirullah Aditya Putra, 18 tahun , bukan taruna pertama di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran Marunda yang tewas akibat penganiayaan seniornya. Tercatat sejak 2008 terjadi beberapa kali kasus kekerasan yang diantaranya menewaskan korban.
Kepolisian Daerah Metro Jaya sampai mengimbau agar instansi berwenang untuk mengubah sistem pendidikan di sana agar kejadian tak berulang. Kali ini, Kementerian Perhubungan juga membentuk tim investigasi yang diketuai oleh Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kemenhub. “Ini untuk menginvestigasi mengapa kasus itu sampai terjadi lagi,” kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi.
Baca : Taruna Tewas Dianiaya, STIP Akui Kecolongan
Berikut beberapa korban kekerasan di STIP Marunda :
- 6 April 2015
Daniel Roberto Tampubolon dianiaya oleh sejumlah seniornya di STIP. Dia dipukul dan dipaksa untuk makan sambal. Taruna tingkat II ini sampai harus dirawat karena mengalami lebam dan nyeri ulu hati. Pengakuan pelaku, mereka ingin memberi pelajaran kepada Daniel. Lima siswa pelaku dikeluarkan dari sekolah dan dua siswa lainnya diskors selama satu tahun.
- 25 April 2014
Korban yang dianiaya hingga tewas adalah Dimas Dikita Handoko. Kejadian penganiayaan memang tidak terjadi di sekolah, tapi di sebuah rumah kost. Dimas dan beberapa teman angkatannya dipanggil karena dianggap tidak menghormati senior. Dia dipukuli sampai masuk rumah sakit dan akhirnya meninggal dunia. Tujuh orang senior Dimas ditetapkan menjadi tersangka dan sudah dipidana.
- 12 Mei 2008
Kematian Agung Bastian Gultom mulanya diterima keluarga. Namun belakangan dicurigai ada yang tidak wajar dengan kematian taruna STIP ini. Polisi pun membongkar makam Agung untuk melakukan otopsi. Hasil autopsi menyimpulkan ada luka lebam yang berasal dari bekas penganiayaan. Tersangka penganiaya ternyata adalah 8 senior Agung.
NINIS CHAIRUNNISA | PDAT