TEMPO.CO, Jakarta - Puluhan pedagang memenuhi jalan di sekitar kantor Kementerian Pertanian di Ragunan, Jakarta Selatan. Selasa pagi, 17 Januari 2017, auditorium kantor tersebut dijadikan tempat sidang kasus penodaan agama dengan terdakwa Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Sri Sunarti, salah seorang pedagang, melayani pembeli minuman dingin di gelas plastik bagi pengunjuk rasa anti-Ahok. Dia juga menjual kopi dan makanan ringan.
Baca juga:
Sidang Perdana Ahok Untungkan Pedagang Musiman
Apel Siaga, PKL Siapkan Konsumsi Gratis
Rekannya, Melin, juga menjual jajanan yang sama. "Kami selalu berjualan di mana pun ada keramaian, dari konser musik, pertandingan olahraga, sampai demonstrasi," kata Sunarti, yang diamini Melin.
Menurut Sunarti, cara berdagang berpindah-pindah mengikuti keramaian lebih menguntungkan ketimbang menetap di satu tempat. Mereka langsung mendatangi orang-orang yang membutuhkan.
Apakah laku? "Alhamdulillah habis terus," ujar Sunarti. Dia mengatakan dagangannya jarang sekali tidak habis.
Melin menjelaskan, dia juga ikut berjualan ketika ada Aksi Bela Islam Jilid I dan II pada November dan Desember 2016 di Masjid Istiqlal dan lapangan Monas. Ketika itu, dia mendapat keuntungan besar. Menurut Sri Sunarti dan Melin, dagangan yang paling laris adalah minuman dingin, kopi, dan makanan instan.
Lain lagi dengan Billy Handoko, yang berjualan peci. Dia menghargai pecinya Rp 25-30 ribu. Menurut Billy, meski dijual Rp 10 ribu lebih tinggi dari harga pasar, dagangannya tetap laku. Juga ketika berjualan saat Aksi Bela Islam Jilid I dan II di lapangan Monas, Jakarta Pusat. "Wah, itu mah mantap, laku banyak dagangan saya," tuturnya.
Sunarti, Melin, dan Billy menjelaskan, kesulitan yang dihadapi saat berjualan di tengah kerumunan orang banyak adalah mencari tempat parkir. Kadang mereka harus berputar-putar dulu untuk mencari tempat parkir yang aman.
BRIAN HIKARI | UWD
Berita terkait:
GNRM Gelar Pelatihan untuk Pedagang Makanan