TEMPO.CO, Jakarta - Subdirektorat Reserse Mobil Direktorat Reserse Kriminal Umum Kepolisian Daerah Metro Jaya mengungkap penipuan dengan modus jasa pemakaman dari rumah duka. Penipuan ini dilaporkan Teng Ie Ie, 67 tahun, saat akan memakamkan suaminya pada 20 Desember 2016.
Wakil Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Didik Sugiarto mengatakan lima anggota komplotan itu ditangkap. "Mereka berpura-pura menjadi petugas rumah duka dan meminta biaya pemakaian fasilitas," kata Didik di Polda Metro Jaya, Rabu, 18 Januari 2017.
Para tersangka itu adalah MT, ASS, BH, SA, dan SAK. Dari hasil pemeriksaan diketahui otak komplotan itu adalah MT. Dialah yang merencanakan penipuan tersebut. Dia pula yang menghubungi Teng dan berpura-pura menjadi pemilik rumah duka Yayasan Rumah Duka Jelambar.
ASS, SA, dan BH bertugas mencari calon korban. Mereka mencarinya secara acak di halaman obituari surat kabar. "Setelah tahu alamat rumah, mereka menghubungi nomor 108 untuk mendapat nomor telepon rumah," ujar Didik.
Setelah berhasil meyakinkan Teng, komplotan itu kemudian meminta dikirimkan Rp 40 juta ke rekening yang dibuat SAK. Uang itu disebut sebagai uang pemakaian fasilitas rumah duka. Teng mengirim uang lewat mobile banking saat berada di Jalan Tol Outer Ring Road, Jakarta Barat. Beberapa saat kemudian, para pelaku kembali meminta korban mengirimkan uang Rp 20 juta. "Saat itulah korban mulai curiga," tutur Didik.
Teng kemudian menghubungi Rumah Duka Jelambar untuk meminta konfirmasi tentang permintaan uang tersebut. Ternyata pengelola rumah duka menyatakan tidak pernah menghubungi Teng. Menyadari telah ditipu, Teng segera meminta pemblokiran terhadap rekening pelaku. Dia pun melaporkan kejahatan ini ke Polda Metro Jaya.
Dari tangan para tersangka, polisi menyita puluhan kartu ATM dan buku tabungan dari berbagai bank. Bukti-bukti itu membuat polisi curiga para pelaku telah lama menjalankan penipuan ini. "Mereka mengaku baru pertama kali, tapi kami tak langsung percaya, masih kami dalami," kata Didik.
Didik menduga komplotan ini masih terkait dengan jaringan pelaku penipuan online lain. ATM dan buku tabungan bank beragam yang dimiliki para pelaku dibuat dengan KTP palsu. Didik menyebut ada pihak yang memang menyuplai KTP palsu bagi para pelaku.
EGI ADYATAMA