TEMPO.CO, Jakarta - Pelaksana tugas Gubernur DKI Jakarta, Sumarsono, berencana mengganti bentuk dan motif lokomotif kereta cepat atau mass rapid transit (MRT) karena dianggap kurang aerodinamis. “Sekitar 90 persen forum mengatakan, ‘Kok, bentuknya kayak gini?’ Pak Sekda bilang lokomotifnya kaya bemo,” ujar Sumarsono, Selasa, 17 Januari 2017.
“Saya pikir, ada siung, giginya, kaya jangkrik. Kurang mata dua aja,” kata Sumarsono. Akhirnya, ujar dia, semua setuju. “Termasuk Profesor Sutanso, ahli transportasi, juga tidak sreg,” ucap Sumarsono.
Baca: Plt Sumarsono: Desain MRT akan Diubah Jadi Aerodinamis
Supaya mendekati aerodinamis, kata Sumarsno, bentuknya akan didesain ulang. “Bisa juga redesign skala minor, hanya ditekuk dikit biar agak mancung. Boleh juga pakai image card, gambarnya dimiringkan biar dari jauh kelihatan seperti aerodynamic,” kata Sumarsono.
Untuk menyelesaikan permasalahan desain lokomotif yang kurang sesuai, Sumarsono akan mengirim tim ke Jepang untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Tim itu terdiri dari PT MRT Jakarta dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.
“Dengan catatan, tidak boleh mengulur waktu dari Maret 2018 dan tidak ada cost tambahan yang besar. Kalau ada cost tambahan, tapi seminimal mungkin,” tutur Sumarsono. Menurut dia, langkah itu tidak menyalahi kontrak.
“Dalam kontrak, kalau ada yang kurang pas, bisa dibicarakan, bisa undur beberapa hari, atau bisa tambah cost-nya. Ada hitungan teknis sesuai dengan konsekuensi yang disepakati. Yang penting untuk operasional Maret nanti tidak mundur,” ujarnya.
Sumarsono berharap perubahan desain lokomotif tidak mengejutkan Presiden Joko Widodo saat diresmikan pada 2019. “Saya tahu, kalau desainnya dilaporkan ke presiden, pasti dia akan bilang, 'Lho, kok beda dengan waktu itu saya launching,' malah repot. Mumpung belum jadi,” ujar Sumarsono.
CHITRA PARAMAESTI