TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah DKI Jakarta akan meminta pertimbangan Presiden Joko Widodo ihwal desain lokomotif kereta mass rapid transit (MRT). Pelaksana tugas Gubernur DKI Jakarta Sumarsono mengatakan Pemerintah Jakarta akan mengirim dua desain lokomotif ke Presiden paling lambat akhir pekan ini.
“Karena Pak Jokowi yang mempelopori proyek ini sejak awal,” kata Sumarsono di Balai Kota, Rabu, 18 Januari 2017. Sumarsono menjelaskan, desain lokomotif pertama berbentuk kotak mirip kereta Commuter Line dan berwarna hijau. Sedangkan desain kedua, badan lokomotifnya berwarna biru dengan garis-garis tepi yang lebih tumpul.
Desain kedua berasal dari diskusi tim MRT, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, dan Kementerian Perhubungan. Tim mengunjungi pabrik produsen kereta MRT, Nippon Sharyo Ltd, di Jepang pada Desember 2016. Hasil pengecekan tim sesuai dengan perencanaan awal, kecuali desain lokomotifnya.
Desaian MRT Kayak 'Jangkrik', Plt Gubenrur DKI Minta Mancung
Tim lalu berdiskusi dengan perwakilan Nippon Sharyo. Mereka menginginkan desain yang lebih sporty. Diskusi tersebut menghasilkan desain kedua yang berwarna biru. Meski begitu, keputusan akhir soal desain ada di Jokowi.
Tim melaporkannya ke Sumarsono pada Senin, 16 Januari 2017. Rapat tersebut dihadiri juga oleh Deputi Gubernur bidang Industri, Perdagangan, dan Transportasi Sutanto Soehodho dan beberapa kepala dinas. Sumarsono mengatakan, forum rapat juga menyepakati untuk memilih desain kedua.
Menurut Sumarsono, perubahan desain itu tak signifikan, tak menimbulkan penambahan biaya produksi, dan tak membuat target beroperasi molor. Konsekuensi tambahan biaya, kata dia, baru akan muncul jika desain lokomotifnya berubah menjadi lonjong ke depan mirip kereta cepat Shinkansen. “Kalau jadi mirip Shinkansen, butuh tambahan Rp 64 miliar dan waktunya pun mundur setahun,” kata Sumarsono.
Direktur Keuangan PT MRT Jakarta Tuhiyat membenarkan tak adanya perubahan signifikan pada desain lokomotif. Sebab, desain lokomotif kereta dalam kota seharusnya datar agar memudahkan kereta untuk berbelok.
“Lokomotif dengan moncong seperti Shinkansen hanya bisa untuk kereta jarak jauh,” kata Tuhiyat. Dia berharap keputusan desain sudah ada pada akhir Januari. “Kalau lewat Januari, akan berpengaruh pada deadline operasi yang akan mundur,” ujar Tuhiyat.
LINDA HAIRANI