TEMPO.CO, Jakarta - Unjuk rasa ratusan mahasiswa di depan rumah Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada Senin, 5 Februari 2017, tak diketahui polisi. Aksi di Jalan Mega Kuningan Timur VI, Setiabudi, Jakarta Selatan, itu mendadak tanpa pemberitahuan lebih dulu ke polisi.
"Enggak ada (pemberitahuan). Makanya kami bubarkan," kata Kepala Subbagian Hubungan Masyarakat Polres Jakarta Selatan Komisaris Purwanta saat dikonfirmasi Tempo, Selasa, 7 Februari 2017.
Baca: Rumah SBY Digeruduk, Demokrat Pertanyakan Kinerja Kepolisian
Menurut Purwanta, aksi itu dilakukan pukul 14.30 WIB oleh sekitar 500 mahasiswa. Karena tanpa izin dan pemberitahuan, dia mengatakan, anggota Polsek Setiabudi kemudian membubarkan mereka pada pukul 14.45 WIB. "Massa datang menggunakan 11 bus besar dan 2 unit Kopaja," katanya.
Para mahasiswa itu antara lain membawa beberapa spanduk yang bertuliskan: Terapkan nilai-nilai Pancasila kepada pendidikan, menolak dan lawan isu SARA, upaya adu domba rakyat, serta tolak dan lawan organisasi radikal yang anti-Pancasila. Purwanta mengatakan pengunjuk rasa adalah peserta Jambore mahasiswa di Cibubur.
Baca: Rumah 'Digeruduk' Ratusan Orang, SBY Curhat di Twitter
Purwanta mengatakan masalah ini telah dilimpahkan ke Polda Metro Jaya. Rencananya, Polda segera akan memeriksa koordinator aksi ini.
Pada Senin itu pula, Staf Khusus Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Chrisma Albandjar menolak disangkutkan dengan unjuk rasa di depan rumah SBY. "Kami menyesalkan pernyataan pers dari DPP Partai Demokrat yang memberi kesan seolah-olah ada hubungan antara kehadiran Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki di acara Jambore Mahasiswa Indonesia dan demonstrasi di depan kediaman Pak SBY," katanya dalam keterangan tertulisnya.
Chrisma menegaskan, kehadiran Kepala Staf Kepresidenan dalam acara Jambore Nasional Mahasiswa Indonesia di Bumi Perkemahan Cibubur pada 5 Februari 2017 adalah atas undangan panitia Jambore. Dalam acara tersebut, kata Chrisma, Teten Masduki menyampaikan materi mengenai upaya menjaga NKRI.
Baca: Massa yang Geruduk Rumah SBY Kiriman Istana?
Beberapa hal yang disampaikan di antaranya seluruh pihak harus menjaga NKRI dan harus terus menjaga toleransi terhadap keberagaman sesama warga. Selain toleransi, semua warga di Indonesia harus merasakan pembangunan, dari Jawasentris ke Indonesiasentris, termasuk mereka yang di daerah terpencil, perbatasan, dan pulau terdepan.
Dalam sesi dialog, kata Chrisma, mahasiswa menyampaikan kritik kepada pemerintah tentang transparansi dana desa, HAM masa lalu, masalah investasi asing, Papua, masalah listrik, dan pendidikan. Dalam kesempatan itu, Teten mengajak mahasiswa turun ke desa guna memastikan program-program di desa berjalan dengan baik untuk kemajuan desa.
ANTARA | EGI ADYATAMA