TEMPO.CO, Depok - Alfa Naufal Nareswara tidak mau lepas dari dekapan neneknya, Wijiyati, 52 tahun. Bayi berusia sembilan bulan itu mendekap perempuan yang terlihat lelah itu. Sesekali, bocah berkulit putih tersebut tersenyum kepada tamu yang datang ke rumah Wijiyati di Perumahan Bukit Pabuaran Indah Blok H-1 Nomor 8 RT 9 RW 5, Kelurahan Pabuaran Mekar, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor.
Ibu-ibu tetangga Wijiyati masih mendatangi rumah minimalis berukuran 60 meter persegi tersebut, Selasa malam, 7 Februari 2017. Mereka datang untuk melantunkan doa bagi kedua orang tua Alfa, Rustiana Imala Putri, 26 tahun, dan Miftah Abdillah Ahmad, 26 tahun, yang tewas tertimpa pohon besar di Jalan Lenteng Agung Timur, Sabtu, 4 Februari 2017.
Baca: Pohon Tumbang di Pintu Masuk UI, Dua Orang Tewas
Di usia yang belum genap setahun, Alfa telah menjadi yatim-piatu. Dia tidak dapat lagi menyusu kepada ibunya. Padahal, sejak lahir, bayi itu sangat bergantung pada air susu sang bunda.
Kabar tewasnya kedua orang tua Alfa seperti sambaran petir di siang bolong bagi Wijiyati. Sebab, ia masih merasakan genggam erat tangan Rustiana dan suaminya memberi salam sebelum berangkat menghadiri undangan di Kalideres, Sabtu pagi, sekitar pukul 10.00.
Wijiyati sempat tidak percaya kabar duka yang menimpa anak dan menantunya. Namun kedatangan ambulans jenazah pada Selasa malam membuatnya tak berdaya. “Saya tidak percaya,” kata Wijiyati, yang air matanya terlihat menggumpal.
Wijiyati berusaha tabah. Namun ia tidak bisa membendung kesedihannya. Air matanya tumpah ketika melihat cucu pertama yang masih duduk di pangkuannya. “Doakan saja bisa tabah,” ucapnya, sedih. “Saya tidak mau mengingat lagi ya, Mas,” ujarnya kepada Tempo, yang datang ke rumahnya.
Baca: Sehari Terkumpul Rp 117 Juta untuk Korban Pohon Tumbang UI
Kepergian Rustiana menjadi pukulan besar baginya. Sebab, hanya Rustiana-lah anak yang menemaninya di usia senja. Sejak sembilan tahun lalu, Wijiyati hanya hidup berdua dengan anak sulungnya itu.
Rustiana menjadi anak satu-satunya ketika kedua adiknya telah lebih dulu meninggal. Anak kedua Wijiyati, Anugrah Dwi Putranto, meninggal lebih dulu. Setelah itu, suaminya, Suradi, meninggal pada 2007.
Setahun berlalu setelah kehilangan suaminya, anak bungsunya, Indri Apriliani, meninggal karena sakit demam berdarah pada 2008. “Tinggal Ana (sapaan Rustiana) yang menemani saya,” ujarnya.
Wijiyati kini menjadi nenek sekaligus orang tua bagi Alfa. Ia ikhlas atas kepergian anak dan menantunya dan bertekad membesarkan Alfa seorang diri. “Yang penting didoakan saja, ya, agar orang tua Alfa tenang di sana,” ujarnya.
Wijiyati kembali berdiri dan menggendong Alfa. Anak tersebut mulai menangis begitu puluhan tamu mulai berdatangan. Ibu-ibu yang datang duduk melingkar di teras rumah berukuran 3 x 4 meter. Mereka melafalkan salawat dan membuka ayat Yasin, kemudian mulai membacanya secara bersama-sama.
Ibu RT tempat Wijiyati tinggal, Nurul Sigit Hari Cahyono, mengatakan para tetangga akan berusaha membantu Wijiyati. Menurut dia, pemerintah seharusnya ikut bertanggung jawab atas kematian Rustiana dan suaminya. Sebab, suami-istri tersebut tewas tertimpa pohon di jalan. “Seharusnya pemerintah bisa mengawasi pohon yang sudah rawan tumbang. Jangan sampai membahayakan orang,” ujarnya.
Masyarakat, kata dia, sedang berusaha menuntut pemerintah untuk bertanggung jawab atas kejadian ini. Apalagi, pohon yang tumbang itu membuat Alfa menjadi yatim-piatu.
Pemerintah, kata Nurul, wajib menanggung biaya hidup dan pendidikan anak Rustiana dan Miftah. Soalnya, anak korban hanya tinggal berdua neneknya. “Biaya hidup Alfa menjadi tanggungan neneknya,” ujarnya.
Baca: Jubir UI: Pohon Tumbang yang Tewaskan Warga di Luar Kampus
Wjiyati hanya mengandalkan warung kecil untuk membiayai kebutuhan hidupnya bersama anak pertamanya setelah suami dan kedua adik Rustiana meninggal. Berkat kegigihan Wijiyati, ia berhasil membiayai pendidikan anak sulungnya hingga lulus kuliah jurusan matematika di Institut Pertanian Bogor.
”Di lingkungan rumah, Rustiana dikenal sebagai anak yang pandai. Dia sering membantu ibunya dan memberikan les privat matematika sejak kuliah kepada murid-muridnya,” ujarnya. “Memang anaknya sedikit pendiam.”
Musibah yang menewaskan pasangan Rustiana dan Miftah membuat banyak orang tergerak untuk membantu anak semata wayang mereka yang kini tinggal berdua bersama neneknya.
Melalui situs Kitabisa.com, telah terkumpul bantuan mencapai Rp 212 juta dari 1.137 donatur hingga Rabu, 8 Februari 2017, pukul 06.00. Donasi yang diberikan masyarakat tersebut telah mencapai 425 persen dari target sumbangan Rp 50 juta.
IMAM HAMDI