TEMPO.CO, Jakarta – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei telah memprediksi adanya banjir di Jakarta pada awal Januari hingga akhir April 2017. Menurut dia, salah satu penyebab banjir adalah meningkatnya volume air dalam waktu bersamaan.
”Normalnya, selama setahun ada enam bulan musim hujan dan enam bulan musim kemarau,” kata Willem saat konferensi pers di kantornya, Rabu, 22 Februari 2017. Namun, pada tahun ini terjadi perbedaan durasi musim.
Baca: Begini Amuk Banjir Bekasi yang Sempat Rendam 24 Kelurahan
Menurut Willem, musim hujan tahun ini diprediksi hanya akan terjadi empat bulan. Sedangkan musim kemarau akan terjadi selama delapan bulan. “Padahal volume air hujan sepanjang tahun selalu sama,” ujarnya.
Karena itu, dalam kurun empat bulan sejak Januari hingga April 2017, intensitas hujan akan tinggi. Biasanya, kata Willem, intensitas hujan terbagi menjadi enam bulan, tapi tahun ini intensitas hujan akan sangat rapat. Bahkan, pada Maret, intensitas hujan di Jakarta dan sejumlah wilayah akan jauh lebih lebat.
Untuk menghadapinya, Willem mengatakan, pemerintah pusat dan daerah telah mempersiapkan langkah antisipasi bencana sejak jauh hari, termasuk bencana banjir di Jakarta. Karena itu, menurut dia, respons pemerintah sangat cepat untuk menangani bencana.
Di sisi lain, Willem juga menilai masyarakat cukup sigap dan waspada menghadapi bencana ini. “Partisipasi masyarakat sangat tinggi untuk bahu-membahu saling membantu korban bencana,” ujarnya.
Menurut dia, banjir di Jakarta cenderung tidak lebih berat dibanding tahun sebelumnya. “Masyarakat yang terkena dampak sudah ditangani dengan baik, diberi kebutuhan makanan dan lain-lain,” katanya.
Meski demikian, Willem tetap mengimbau warga agar waspada, karena intensitas hujan akan terus meningkat hingga akhir Maret. Sedangkan pada April akan terjadi transisi cuaca dari musim hujan ke kemarau.
AVIT HIDAYAT