TEMPO.CO, Jakarta - Lokasi sementara --biasa disingkat loksem-- pedangang bubur Barito terlihat mentereng. Lokasi itu menjadi tempat penampungan resmi kaki lima di kawasan di Jalan Gandaria Tengah III, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Wakil Gubernur Djarot Syaiful Hidayat baru meresmikan tempat itu Rabu, 1 Maret 2017.
Terpal berwarna oranye tak lagi menghiasi lapak pedagang bubur ayam Barito, di Jalan Gandaria Tengah III yang berdiri sejak 1992. Atapnya sudah diganti dengan aluminium dan terlihat lebih kokoh. "Dulu pakai terpal, buka-tutup gitu. Kalau ini sudah permanen, lebih memudahkan," kata Yanti, pedagang bubur ayam Barito, kepada Tempo.
Wanita 45 tahun itu merasa bersyukur lapak dagangannya sudah lebih rapi dan bagus. Bahkan, ia kini memiliki etalase hingga meja dan bangku yang baru. Ia berharap tampilan lapak barunya dapat memberikan keuntungan semakin banyak. "Karena jadi bersih dan rapi. Semoga ke depannya lebih maju lagi," kata dia.
Yanti biasa menjual 1.000-1.500 porsi bubur ayam dalam sehari. Ia buka setiap pukul 3 sore dan biasanya tutup pada pukul 9 malam. Saat Tempo mengunjungi lokasi bubur ayam itu, nampak sejumlah pengunjung menyantap bubur yang khas dengan menu telur ayam kampung mentahnya itu, pada pukul 5 sore.
Baca: Djarot Resmikan Loksem Pedagang Bubur Barito
Yusuf, misalnya, yang sedang makan bubur favoritnya itu. Ia mengaku cukup sering mampir di kawasan itu hanya untuk menyantap bubur. Padahal, ia tinggal di kawasan Petojo, Jakarta Pusat. "Di sini makanannya enak. Favorit
banget," kata pria 23 tahun itu.
Melihat tampilan lapak bubur ayam Barito yang berubah, Yusuf mengaku lebih nyaman karena atapnya sudah lebih bagus. Meski begitu, ia berharap ada lahan parkir tersedia di sana. Sebab, kendaraan yang terparkir harus memakai jalan dan cukup membuat macet. "Tidak ada sarana parkir yang layak."
Lain lagi dengan Anton, yang baru pertama kalinya mampir makan di bubur ayam Barito. Pria 31 tahun asal Semarang itu mengaku kurang nyaman dengan jarak setiap bangku. "Kurang luas, sempit," tutur Anton sambil memperlihatkan punggungnya yang menempel pada punggung pengunjung di belakangnya.
Wajah baru tersebut merupakan hasil penataan yang dilakukan Teh Pucuk Harum PT Mayora Indah. Melalui dana tanggung jawab sosial perusahaan, lapak bubur ayam Barito dan 21 dagangan lainnya diperbarui tanpa harus mengeluarkan uang. Para pedagang hanya diwajibkan membayar uang retribusi sebesar Rp 3.000 setiap harinya.
Sebanyak 40 meja dan 80 kursi yang dipenuhi gambar merk minuman kemasan itu disediakan dan tertata rapi. Marketing Manager Teh Pucuk Harum, Nanang Siswanto menuturkan ingin memberikan andil sebagai wujud terima kasih kepada konsumen dan pedagang. Pihaknya merasa bersyukur diberi kesempatan oleh pemerintah DKI untuk merevitalisasi tempat kuliner legendaris itu.
Waktu pengerjaannya hanya memakan dua bulan. Nanang mengaku sengaja mempercepat pekerjaannya agar segera ditempati para pedagang. Meski membiayai seluruh proyek revitalisasi itu, Nanang mengatakan tetap mendapat keuntungan. "Kami senang bantu mereka. Dirapikan, ada branding kami itu keuntungan buat kami. Kami mau memberikan win-win solution," ujar Nanang.
FRISKI RIANA