TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan membangun rumah susun di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Sekretaris Daerah DKI Jakarta Saefullah mengatakan rumah susun tersebut dibangun berdasarkan perjanjian kerja sama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
"MOU akan ditandatangani pada 8 Maret 2017 di Balai Kota. Konsepnya, ini rumah susun untuk MBR (masyarakat berpenghasilan rendah). Nantinya, di bawah ada pasar, di atas ada rusun," ujar Saefullah di Balai Kota, Kamis, 2 Maret 2017.
Saefullah menuturkan konsep rumah susun di Pasar Minggu yang dibangun bekerja sama dengan Kementerian PUPR ini akan ekuivalen dengan pembangunan rumah susun di Pasar Rumput, Setia Budi, Jakarta Selatan. Menurut Saefullah, selama ini konsep rusun hanya dilengkapi lahan parkir, tapi kali ini akan ditambah pasar dan pertokoan.
"Kalaupun ada (pedagang), hanya kaki lima internal mereka. Kalau (rusun) ini betul-betul ada pasar sehingga tidak ada alasan lagi penghuni tidak bekerja," ujar Saefullah.
Menurut Saefullah, pembangunan pasar di kawasan rumah susun bertujuan memenuhi kebutuhan masyarakat yang direlokasi, yang disinyalir banyak yang tidak taat membayar sewa karena tidak ada penghasilan. Namun, dengan konsep yang akan diterapkan ini, Saefullah mengatakan alasan tersebut bisa ditepis.
Baca: Tak Bayar Sewa, 138 KK di Rusun Jatinegara Barat Kena Tegur
Selama ini, warga DKI Jakarta yang dipindahkan ke rumah susun selalu mengeluh kehilangan pekerjaan karena jauh dari tempat tinggalnya yang lama. Menurut Saefullah, setidaknya 6-18 persen penghuni rumah susun tidak bekerja. Kebanyakan dari mereka bahkan masih masuk usia produktif.
"Saya minta semua SKPD (satuan kerja perangkat daerah) yang berkaitan dengan lapangan pekerjaan dan pelatihan, dalam APBD perubahan 2017 dan 2018 dianggarkan sebanyak-banyaknya untuk pelatihan," ujar Saefullah.
Saefullah menilai banyak potensi lapangan pekerjaan yang bisa dikembangkan warga rusun. Saefullah mencontohkan, perlu ada jasa pangkas rambut karena setiap orang pasti membutuhkan perawatan rambut. Kebutuhan tersebut berlanjut hingga telapak kaki.
"Akan saya suruh perbanyak pokoknya. Kalau istilahnya itu, belajar tuntas. Kalau kami berikan pelatihan kepada masyarakat, betul-betul terjaga. Dia sudah terampil dan kreatif. Kalau masih butuh bimbingan, di ujung pelatihan mereka akan dikasih modal kerja," tutur Saefullah.
LARISSA HUDA