Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kisah Sidak Susi di Pelabuhan Muara Baru, Jakarta Utara  

Editor

Juli Hantoro

image-gnews
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti sidak mark down berat kapal nelayan di Pelabuhan Muara Baru, Jakarta Utara, 2 Maret 2017. Istimewa
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti sidak mark down berat kapal nelayan di Pelabuhan Muara Baru, Jakarta Utara, 2 Maret 2017. Istimewa
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Pagi masih buta, matahari baru mulai menyingsing. Seorang nelayan Muara Baru, Jakarta Utara, melihat kerumunan datang ke arahnya. Ia sempat silap, menerka-nerka datangnya seorang pejabat. "Iya saya pernah lihat di televisi, itu bu Susi," kata Fahmi, 29 tahun, seorang ABK nelayan saat melihat Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti pada Kamis pagi, 2 Maret 2017.

Ia sedikit kaget dengan kadatangan Susi yang mendadak ke Pelabuhan Muara Baru, Jakarta Utara. Seketika puluhan nelayan mengerubuti perempuan asal Pangandaran tersebut. Susi bicara ceplas-ceplos dengan aksen Jawa-Indonesia. "Kudu ndue asuransi, nek mati nang laut dapat Rp 200 juta, (kalian harus punya asuransi, kalau meninggal di laut saat bekerja mendapat asuransi Rp 200 juta)," kata Susi.

Susi menjelaskan tentang pentingnya asuransi bagi nelayan. Kata dia, pemilik nelayan wajib memberikan asuransi jiwa dan kesehatan. Susi banyak bicara tentang hal itu. Nelayan, termasuk Fahmi hanya manggut-manggut. Ia sendiri tak terlalu paham dengan asuransi. Bosnya, pemilik kapal asal Juwana, Pati juga tak pernah menawarinya asuransi.

Susi kemudian naik memeriksa geladak kapal. Ia membuka lambung Kapal Motor (KM) Sido Tambah Sentosa 01 yang terparkir di bibir dermaga. Di papan dekat pintu, tertulis berat kapal 98 gross tonage (GT). Sementara di lambung kapal telah terisi sekitar 80 ton ikan cakalang. Ada sisa ruang yang belum terisi penuh. Susi curiga kapal itu seberat lebih dari 120 GT.

Ia memanggil anak-buahnya untuk memeriksa kapasitas kapal itu. Kepala Pangkalan Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Jakarta, Pung Nugroho melaporkan ke Susi, kapal itu seberat 195 GT. Pemilik kapal diduga telah mark down atau memanipulasi berat kapal agar lebih murah membayar pajak. "Ada sekitar 700 kapal yang melakukan mark down seperti ini," kata dia membeberkan.

Riwayat kapal itu pernah tenggelam pada 2012. Kemudian pemilik kapal membuat kapal baru, dan menggunakan identitas kapal yang tenggelam. KM Sido Tambah Sentosa hanya memiliki izin 98 GT. Kapal itu memiliki izin untuk menangkap ikan cakalang di perairan Sumatera Selatan.

Fahmi dan puluhan temannya hanya terdiam. Susi sempat berbincang dengan Nahkoda kapal, Purwanto yang saat itu berada di lokasi. Mereka mengaku tak mengetahui adanya mark down izin kapal. "Saya baru 8 bulan ikut kapal ini," tutur Fahmi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

KKP kemudian menyita kapal tersebut dan berencana memeriksa sejumlah ABK termasuk nahkoda dan pemilik kapal. Susi meminta agar anak-buahnya mendalami modus ini. Selain itu, ia juga meminta Pung Nugroho untuk menelusuri adanya pengusaha asing yang masuk membeli kapal nelayan.

Susi juga meminta agar KKP menjamin tidak ada pungutan liar di laut maupun di pelabuhan. Namun di tempat terpisah, Fahmi mengeluhkan masih adanya pungutan liar oleh polisi air dan TNI. "Mereka memang sudah tidak meminta uang, tapi mereka minta barang, minta ikan, dan minta bensin," tutur Fahmi kepada Tempo.

Menurut dia, upaya pemerintah memberantas pungli belum maksimal. Masih banyak oknum petugas keamanan yang meminta barang. Fahmi memberi mereka ikan seberat 10 kilogram setiap bersandar. Selain itu, dia juga melihat polisi meminta bensin kepada nelayan.

Sayangnya, pungutan itu belum sempat didengar Susi. Dia terlebih dulu buru-buru pergi meninggalkan lokasi. Fahmi juga belum berani melaporkan secara langsung saat itu. Mengingat ada sejumlah pihak yang ikut datang, termasuk polisi, TNI, dan dari KKP. Dia berencana mengirimkan pesan singkat ke bos SusiAir itu.

AVIT HIDAYAT

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


KJRI Kuching Minta Malaysia Bebaskan 8 Nelayan Natuna yang Ditangkap

13 jam lalu

Kapal kecil nelayan Natuna saat melaut di pesisir Pulau Ranai. TEMPO/Yogi Eka Sahputra
KJRI Kuching Minta Malaysia Bebaskan 8 Nelayan Natuna yang Ditangkap

KJRI mengatakan, APPM mengatakan 3 kapal nelayan Natuna ditangkap karena melaut di dalam perairan Malaysia sejauh 13 batu dari batas perairan.


Tiga Kapal Nelayan Tradisional Indonesia Kembali Ditangkap Otoritas Malaysia

3 hari lalu

Beberapa nelayan Natuna yang ditangkap di Malaysia. Foto Istimewa
Tiga Kapal Nelayan Tradisional Indonesia Kembali Ditangkap Otoritas Malaysia

Tiga kapal nelayan Indonesia asal Natuna ditangkap oleh penjaga laut otoritas Malaysia. Dituding memasuki perairan Malaysia secara ilegal.


Pantau Pemanfaatan Kuota BBL, KKP Manfaatkan Sistem Canggih

3 hari lalu

Pantau Pemanfaatan Kuota BBL, KKP Manfaatkan Sistem Canggih

Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, menyiapkan sistem informasi pemantauan elektronik yang memuat hulu-hilir pengelolaan pemanfaatan BBL.


Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

7 hari lalu

Warga berebut sesaji saat mengikuti prosesi Pesta Lomban di laut Jepara, Jepara, Jawa Tengah, Rabu 17 April 2024.  Pesta Lomban yang diadakan nelayan sepekan setelah Idul Fitri dengan melarung sesaji berupa kepala kerbau serta hasil bumi ke tengah laut itu sebagai bentuk syukur dan harapan para nelayan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rezeki dan keselamatan saat melaut. ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho
Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

Tradisi Lomban setiap bulan Syawal di jepara telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu.


Polisi Gagalkan Penyelundupan Sabu dari Malaysia, Pelaku yang Menyamar Nelayan Diupah Rp 10 Juta per Kg

8 hari lalu

Ilustrasi Sabu. TEMPO/Amston Probel
Polisi Gagalkan Penyelundupan Sabu dari Malaysia, Pelaku yang Menyamar Nelayan Diupah Rp 10 Juta per Kg

Bareskrim Polri menangkap lima tersangka tindak pidana narkotika saat hendak menyeludupkan 19 kg sabu dari Malaysia melalui Aceh Timur.


Walhi dan Pokja Pesisir Kaltim: Teluk Balikpapan Rusak akibat Pembangunan IKN

14 hari lalu

Direktur Walhi Jawa Tengah Fahmi Bastian. Foto dok.: Walhi
Walhi dan Pokja Pesisir Kaltim: Teluk Balikpapan Rusak akibat Pembangunan IKN

Walhi dan Pokja Pesisir Kalimantan Timur sebut kerusakan Teluk Balikpapan salah satunya karena efek pembangunan IKN.


Sejumlah Permasalahan Perikanan Jadi Sorotan dalam Hari Nelayan Nasional

18 hari lalu

Ilustrasi nelayan. TEMPO/M Taufan Rengganis
Sejumlah Permasalahan Perikanan Jadi Sorotan dalam Hari Nelayan Nasional

Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) mengungkap sejumlah permasalahan nelayan masih membutuhkan perhatian serius dari pemerintah.


Tidak Ditenggelamkan, Dua Kapal Illegal Fishing Diserahkan ke Nelayan Banyuwangi

26 hari lalu

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono dalam acara Pertemuan Nasional Kesetaraan Gender, Disabilitas, dan Inklusi Sosial di Kantor KKP, Jakarta Pusat pada Selasa, 19 Maret 2024. Tempo/Aisyah Amira Wakang
Tidak Ditenggelamkan, Dua Kapal Illegal Fishing Diserahkan ke Nelayan Banyuwangi

Menteri KKP Wahyu Sakti Trenggono menyerahkan dua kapal illegal fishing ke nelayan di Banyuwangi, Jawa Timur.


Terpopuler: Sri Mulyani Tanggapi Ramai Barang Bawaan ke Luar Negeri, THR Jokowi dan Ma'ruf Amin

30 hari lalu

Menteri Keuangan Sri Mulyani bersama jajarannya bersiap memulai konferensi pers APBN Kita edisi Maret 2024 di Jakarta, Senin 25 Maret 2024. Sri Mulyani mengatakan, realisasi anggaran Pemilu 2024 hingga 29 Februari 2024 sebesar Rp 23,1 triliun. TEMPO/Tony Hartawan
Terpopuler: Sri Mulyani Tanggapi Ramai Barang Bawaan ke Luar Negeri, THR Jokowi dan Ma'ruf Amin

Berita terpopuler bisnis pada Senin, 25 Maret 2024, dimulai dari respons Sri Mulyani Indrawati soal ramai pembahasan barang bawaan ke luar negeri.


Terkini: Nilai THR Jokowi dan Ma'ruf Amin, Kisah Sri Mulyani Dirayu Susi Pudjiastuti Pulang ke Indonesia

31 hari lalu

Presiden Joko Widodo bersama Wakil Presiden Maaruf Amin memimpin Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara, Jakarta, Selasa 9 Januari 2024. Sidang kabinet membahas Peningkatan Kinerja Aparatur Sipil Negara Melalui Keterpaduan Layanan Digital Pemerintah. TEMPO/Subekti.
Terkini: Nilai THR Jokowi dan Ma'ruf Amin, Kisah Sri Mulyani Dirayu Susi Pudjiastuti Pulang ke Indonesia

Berita terkini: Berapa nilai THR yang diterima Jokowi dan Ma'ruf Amin? Kisah Sri Mulyani saat dirayu Susi Pudjiastuti untuk pulang ke Indonesia.