TEMPO.CO, Jakarta - Lurah Manggarai Budi Santoso menginginkan adanya ruang publik terbuka ramah anak (RPTRA) di lingkungan Kelurahan Manggarai. Ia yakin keberadaan RPTRA nantinya bisa meredam konflik antarwarga, seperti tawuran. "Saya coba di lingkungan, khususnya di depan Stasiun Manggarai. Kami berencana membangun RPTRA sesuai dengan CSR (corporate social responsibility) yang ada," ucap Budi saat dihubungi Tempo, Selasa, 7 Maret 2017.
Budi mengatakan rencana ini telah diajukan kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan akan direalisasi tahun ini. Selain berlokasi di depan stasiun, ada RPTRA yang dibangun di RW 01.
Baca: 200 Polisi Jaga Lokasi Tawuran di Jalan Tambak dan Manggarai
Langkah ini dinilai Budi bisa menjadi langkah preventif untuk mengurangi tawuran di Manggarai dan sekitarnya. Selama ini, ia mengatakan hanya ada beberapa program anti-kekerasan yang dibuat di kelurahan bagi para warga.
Salah satu di antaranya kuliah subuh. Budi berujar, kegiatan ini rutin dilaksanakan tiap Sabtu subuh. "Isinya ceramah memberikan bekal kepada mereka agar jaga akhlaknya. Minimal dia (warga) tahu mana yang salah dan merugikan orang lain," tuturnya.
Kegiatan itu pun diakui Budi masih tak terlalu ramai didatangi warga. Sejak diadakan sejak tujuh bulan lalu, program kuliah subuh masih berusaha memberikan perubahan. "Tiap hari, ada saja. Tapi kami kan mengubah perilaku orang tak bisa drastis," katanya.
Daerah Manggarai dan sekitarnya masih belum bisa terlepas dari aksi tawuran. Ahad, 5 Maret lalu, tawuran pecah antara warga Tambak, Jakarta Pusat, dan warga Manggarai, Jakarta Selatan. Tawuran yang terjadi menjelang magrib tersebut mengakibatkan dua orang tewas dan enam luka-luka. Keduanya diduga tewas terkena tembakan senapan angin di dada.
EGI ADYATAMA