TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Koperasi Angkutan Jakarta (Kopaja) Nanang Basuki mengeluhkan penerapan sistem pengendapan oleh PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) pada bus Kopaja-Transjakarta. Menurut dia, sistem itu menyebabkan Kopaja tidak mampu mencapai target kilometer per hari yang ditetapkan Transjakarta. “Kami dirugikan dengan adanya pengendapan,” ujar dia kepada Tempo, Kamis, 24 Maret 2017.
Pengendapan merupakan kebijakan menahan pemberangkatan bus sesuai dengan volume penumpang. Ketika penumpang sepi, waktu tunggu bus bisa mencapai 20 menit. Transjakarta mulai memberlakukan kebijakan ini pada Juli tahun lalu.
Nanang menuturkan, dalam kontrak kerja sama, Transjakarta menargetkan setiap bus Kopaja-Transjakarta menempuh jarak minimal 209 kilometer per hari. Sejak ada pengendapan, mayoritas bus tidak bisa mencapai target. Alhasil, pendapatan bus berkurang lantaran PT Transjakarta membayar Kopaja dengan skema rupiah per kilometer.
Kopaja resmi bergabung dengan Transjakarta pada Desember 2015. Melalui skema rupiah per kilometer, pengemudi Kopaja-Transjakarta dijanjikan memperoleh gaji bulanan Rp 5,4 juta. Sopir bus tidak perlu lagi ngetem demi mengejar setoran.
Ketua Unit Kopaja-Transjakarta Malvin Baringbing mengatakan perusahaan belum bisa menggaji sopir seperti yang dijanjikan. Sebab, salah satu komponen gaji pengemudi adalah target jarak per hari. Selain itu, akibat target jarak per hari tak tercapai, tutur Malvin, biaya perawatan kendaraan dan operasional di pul tak tertutupi. “Selama tiga bulan, Kopaja belum membayarkan imbal jasa kepada pemilik bus,” katanya.
Malvin menuturkan kontrak kerja sama dengan Transjakarta hanya mengatur waktu tunggu bus atau headway. Itu pun tidak dibahas secara rinci. “Transjakarta memaknai headway secara berlebihan dan mengubahnya menjadi pengendapan,” tutur dia.
Pengemudi Kopaja-Transjakarta, Bakti P., menyatakan gajinya per bulan belum mencapai Rp 5,4 juta seperti yang dijanjikan. Sebab, target jarak bus yang ia kemudikan kerap tidak terpenuhi.
Bakti menuturkan, dalam sehari, ia bisa menempuh dua rit dari Stasiun Manggarai ke Universitas Indonesia, yang berjarak sekitar 20 kilometer. “Jika tidak macet, waktu tempuhnya sekitar 90 menit. Tapi kalau macet, bisa tiga jam,” tutur dia.
Kemarin siang, tampak lima unit bus Kopaja-Transjakarta antre di Pasar Senen sebelum diberangkatkan. Waktu tunggu bus berangkat bisa mencapai 20 menit. Menurut petugas pencatat kilometer, Roni Ray, keberangkatan bus ditahan. “Agar tidak terjadi penumpukan penumpang,” ujarnya.
Direktur Utama PT Transportasi Jakarta Budi Kaliwono mengatakan, sejauh ini Kopaja-Transjakarta masih mencapai target jarak per hari. Bahkan beberapa bus bisa menempuh jarak hingga 230 kilometer per hari.
Budi mengakui masih ada pengendapan. Saat jam puncak atau sibuk, yakni saat orang berangkat dan pulang kantor, bus akan dipenuhi penumpang. Namun di luar itu biasanya jumlah penumpang berkurang. Saat itulah pemberangkatan bus ditahan. “Seluruh kota besar di dunia melakukan pengendapan,” tuturnya.
GANGSAR PARIKESIT