TEMPO.CO, Depok - Seluruh lantai kamar berukuran 3,5 x 4 meter di lantai dua Wisma Widya di Kelurahan Kukusan, Kecamatan Beji, berdebu. Kamar nomor 208 yang telah ditempati mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia Akseyna Ahad Dori, itu masih terlihat berantakan.
Genap dua tahun kamar tersebut kosong. Polisi belum membolehkan kamar tersebut disewakan kembali. Sebabnya, penyewa kamar tersebut ditemukan tewas mengenaskan di danau Kenanga UI, Kamis, 26 Maret 2016.
Baca: Dua Tahun Kematian Akseyna, Polisi Belum Punya Bukti Baru
Tubuh Ace -sapaan Akseyna- ditemukan mengambang dengan sejumlah luka lebam dan tas ransel berisi batu untuk menenggelamkannya di danau itu.
Misteri kematian Ace belum terpecahkan. Soalnya, polisi sampai sekarang masih belum bisa mengungkap dalang pembunuhan Ace. Pembunuh anak yang dikenal cerdas tersebut masih bebas berkeliaran.
“Sejak kosong memang polisi belum membolehkan untuk disewakan. Sebab, masih dalam penyelidikan. Dibuka saja tidak boleh selain oleh polisi,” kata Edi Sukardi, 54 tahun, pria yang ditugasi menjaga rumah kos Wisma Widya, Jumat, 24 Maret 2017.
Kamar tersebut terakhir kali dibuka oleh polisi sekitar sembilan bulan lalu. Saat itu, polisi masih giat menyelidiki kematian Ace. Namun, sejak polisi mengambil satu buku dari kamar itu, mereka tidak pernah kembali lagi sampai sekarang ke kamar kos Ace.
Pemilik indekos sudah menanyakan kapan kamar tersebut boleh disewakan kembali. Namun, tidak ada sinyal kepolisian untuk menuntaskan kasus ini.
Sejak mencuat kasus Akseyna, sekarang hanya kamar itu yang tidak berpenghuni. Total ada 27 kamar di Wisma Widya. Ace menempati kamar 208 sejak Juli 2014. “Sewa kamar Ace sebulan Rp 550 ribu,” kata Edi.
Kenangan Edi terhadap anak yang tewas pada usia 18 tahun itu, dua hari sebelum jasadnya ditemukan warga. Pada Selasa malam, sekitar pukul 23.30, Edi masih melihat Ace turun ke dapur di lantai bawah untuk mengambil minum. Ace hanya mengenakan kaus dan celana pendek.
Sejak saat itu, Edi tidak pernah melihat kembali sosok Ace. Bahkan, pada saat jasad Ace ditemukan, Edi tidak tahu kabar itu. Yang dia tahu, Ace belum kembali sejak Rabu hingga Kamis, ke kamar kosnya.
Sehari setelah jasad Ace ditemukan, Jumat, 27 Maret 2015, seorang sahabatnya yang bernama Achmad Jibril Jamaludin datang ke kamar indekosnya. Menurut istri Edi, Maryamah, saat itu Jibril datang pukul 09.00. Jibril meminta izin masuk ke kamar Akseyna.
Di depan kamar Akseyna, Jibril mengetuk pintu cukup lama, tapi pintu kamar Akseyna tidak juga dibuka. Ketukan di depan pintu tidak juga direspon. Akhirnya, Maryamah memberikan kunci kamar Ace ke rekannya, yang telah lama menunggu.
Maryamah berpikir Ace kelelahan usai mengerjakan tugas, sehingga tertidur dan tidak merespon kedatangan Jibril. Saat pintu dibuka dari kunci serep yang diberikan, kamar Ace terlihat berantakan. Kamar itu lantas ditutup kembali karena Akseyna tak ada di dalam. "Karena tidak ada orang Jibril akhirnya pulang," kata Maryamah.
Antara Edi, Maryamah dan Jibril, saat itu masih belum tahu bahwa jasad yang ditemukan mengambang di danau Kenanga Univeritas Indonesia, adalah mayat Ace. Karena belum juga kembali ke kamarnya, Edi memutuskan untuk meminta Jibril membereskan kamar Ace, pada Ahad, 29 Maret 2015.
Jibril datang seorang diri ke Wisma Widya, bada salat Ashar. Pada sore itu, Jibril masuk ke kamar Akseyna dan menemukan secarik kertas dengan tulisan berbahasa Inggris yang menempel pada tembok kamar.
Jibril langsung menunjukkan surat itu kepada Edi dan mengatakan "ini seperti surat perpisahan." Adapun, isi pesan yang diduga ditulis Ace itu, ditulis dengan bahasa Inggris, yang bunyinya, "Will not return for please don’t search for existence my apologies for everything eternally."
Setelah ditemukan secarik kertas tersebut dan membereskan kamar Ace, Jibril sempat pulang kembali ke tempat kosnya yang tidak jauh dari Wisma Widya. Namun, Jibril kembali bada Magrib karena diminta untuk menginap oleh Edi.
Pada Senin pagi, Jibril pulang sekitar pukul 09.00. Menurut, Edi, tidak ada satu pun barang Ace hilang. Bahkan, saat istrinya masuk ke kamar, barang Ace, seperti laptop, ponsel, dan dompet, masih tergeletak.
Identitas Ace terungkap setelah orang tua korban datang dari Yogyakarta dan mendatangi Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, pada Senin, 30 Maret 2015. Kemudian pada Senin sore, rekan Ace bernama Pras datang disusul temannya yang lain dan meminta dibukakan pintu kamar anak kedua dari empat bersaudara tersebut, dengan disaksikan Maryamah.
Setelah teman Ace datang, barulah polisi berdatangan ke Wisma Widya. Edi dan Maryamah baru tahu kalau jasad anak muda yang ditemukan tewas di UI, adalah Ace. "Saya baru tahu Senin sore. Seharusnya saya larang saat teman-temannya Ace ingin mencarinya dari laptopnya di dal kamar."
Kepala Kepolisian Resor Kota Depok Komisaris Besar Herri Heriawan mengatakan masih terus menyelidiki kasus ini. Heriemen -sapaan Herri Heriawan- menjadi Kapolres keempat di Polresta Depok, yang menyelidiki kematian Akseyna. "Kami selalu sediakan waktu untuk membahas kasus ini, setiap hari," kata Heriemen.
Kematian Ace saat Kepala Polresta Depok dijabat Kombes Achmad Subarkah. Setelah Subarkan, penyelidikan dilanjutkan oleh Kombes Dwiyono. Lebih dari setahun Dwiyono menjabat kematian Ace juga menjadi pekerjaan rumah polisi.
Tonggak kepemimpinan Dwiyono, digantikan oleh Kombes Harry Kurniawan. Dia berjanji menuntaskan kasus ini, dan hingga kasus ini dilanjutkan oleh Heriemen penggantinya, polisi masih kesulitas memburu pembunuh Ace. "Bahkan, saya sempatkan waktu setengah jam untuk membahas kasus Akseyna, dalam rapat anev," kata Heriemen.
Baca juga: Terungkap Kasus Akseyna, Polisi: Pembunuhnya Orang Terdekat
Dugaan kuat Ace dibunuh diungkapkan polisi melihat adanya luka lebam di tubuh Ace akibat hantaman benda tumpul. Selain itu, adanya sobekan dibelakang sepatu Ace yang diduga rusak karena pelaku menyeretnya ke Danau.
Ditambah, analisis Grafolog Amerika Hand Writing Deborah Dewi yang mengungkapkan ada dua orang yang menulis secarik kertas, yang ditemukan teman Ace di kamar kosnya.
IMAM HAMDI