TEMPO.CO, Jakarta - Pelaksana tugas Gubernur DKI Jakarta, Sumarsono, enggan mengomentari teror terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan, yang disiram air keras, sebagai upaya menjatuhkan lembaga hukum. Sumarsono menduga ada segelintir orang yang tidak senang dengan keberadaan KPK.
"Pasti semuanya itu (karena) pro dan kontra terhadap keberadaan KPK," ujar Soni—sapaan Sumarsono—di Balai Kota, Selasa, 11 April 2017.
Baca:
Serangan terhadap Novel Baswedan, Polisi: Ada Dua ...
Kondisi Novel Baswedan Setelah Disiram Air Keras
Menurut Soni, awalnya, KPK ditolak, tapi akhirnya diterima. Ia menilai keberadaan KPK sangat membantu menciptakan Indonesia yang bersih. Hal itu, ucap Soni, sesuai dengan bunyi prinsip Nawacita yang berisi tata kelola pemerintahan yang bersih dan berwibawa.
Menurut Soni, eksistensi KPK harus diakui karena sangat dibutuhkan Indonesia, walaupun ada sebagian warga negara yang tidak setuju, terutama para koruptor. Berkaitan dengan teror terhadap Novel, Soni berpesan agar KPK tetap menjalankan tugas dengan baik.
"Kepada semua petugas KPK agar tetap tegak dan tegar menghadapi persoalan di lapangan."
Baca juga:
Novel Baswedan Disiram Air Keras, Anies Membesuk ke Rumah Sakit
Jaksa Tak Siap, Pembacaan Tuntutan Ahok Ditunda Hingga 20 April
Setiap warga negara, tutur Soni, harus bisa saling menghargai segala bentuk proses hukum. Kebencian tidak boleh disalurkan begitu saja tanpa proses hukum yang bertanggung jawab.
Novel, yang disiram air keras tadi pagi setelah melakukan salat subuh di masjid dekat rumahnya, masih dirawat di Rumah Sakit Mitra Keluarga, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Air keras itu mengenai sebagian wajah dan mata Novel.
Pelaku yang berjumlah dua orang kabur dengan mengendarai sepeda motor. Kasus ini ditangani Kepolisian Resor Jakarta Utara dengan dibantu Kepolisian Daerah Metro Jaya.
LARISSA HUDA
Video Terkait:
Usai Salat Subuh Penyidik KPK Novel Baswedan Disiram Air Keras