TEMPO.CO, Tangerang - Pemerintah pusat bersama Pemerintah Provinsi Banten dan Pemerintah Kabupaten Tangerang menata ulang Desa Kohod, Kecamatan Pakuhaji, Kabupaten Tangerang. Penataan ulang desa tertinggal ini merupakan tindak lanjut dari penetapan Desa Kohod sebagai percontohan Desa Sejahtera.
"Semua ditata ulang dari infrastruktur, akses air bersih, lingkungan hingga perekonomian masyarakatnya," kata Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar kepada Tempo, Ahad 16 April 2017 Program Kampung Sejahtera yang diinisiasi para isteri menteri di Kementerian yang tergabung dalam Organisasi Aksi Solidaritas Era (OASE) Kabinet Kerja.
Baca: Desa Kohod Dijadikan Percontohan Kampung Sejahtera ...
Desa Kohod adalah desa miskin di Kabupaten Tangerang. Sekitar 60 persen dari 8000 jiwa penduduk pesisir itu, hidup dari bertani dan nelayan. Penetapan Desa Kohod sebagai percontohan desa sejahtera merupakan inisiatif OASE sejak 2016. Para isteri menteri, kata Zaki, kerap meninjau Kohod untuk membina warga.
Infrastruktur dasar desa diperbaiki, jalan kampung dan jalan setapak yang dulu terbuat dari tanah, kini sudah dikonblok. Sanitasi diperbaiki dan dibuat akses air bersih bagi warga serta bedah rumah warga yang tak layak huni. “Banyak pihak terlibat di sini," kata Zaki. Kementerian yang terlibat adalah Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Pertanian, juga Pemerintah Provinsi Banten dan Kabupaten Tangerang.
Perekonomian warga Desa Kohod yang selama ini hidup di bawah garis kemiskinan juga diperbaiki. Caranya, dengan membina warga agar memanfaatkan lahan kosong di sekitar rumah dengan bercocok tanam sayuran organik dan beternak ikan. "Tanaman organik memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi," kata Asisten II Bidang Pembangungan dan Perekonomian Kabupaten Tangerang Akip Samsudin.
Baca juga:
Masa Tugas Jadi Plt Gubernur DKI Usai, Sumarsono: 90 Persen Aman
Menang di Banyak Survei, Anies: Kami Sudah Tidak Memikirkan Lagi
Seperti bangun dari tidur panjang, warga Desa Kohod kini berlomba menanami halaman rumah dan samping rumah mereka dengan kangkung, sawi, cabe, tomat, jahe merah. "Lahan yang semula didiamkan saja, kini sudah mulai menghasilkan uang tambahan," kata Rifan,38 tahun, warga kampung itu.
Rifan memanfaatkan lahan kosong disamping rumahnya seluas 6x8 meter. Lahan sempit itu ia bagi menjadi enam petak yang ditanami kangkung dan sawi organik. Perawatannya mudah, cuma disiram dan diberi pupuk kandang. “Panen saban 20 hari, sepetak kangkung bisa menghasilkan Rp500 ribuan."
JONIANSYAH HARDJONO